Kegiatan projek kepemimpinan ini telah dilaksanakan di Dusun Corongan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta pada hari Minggu, 14 Juli 2024 pukul 09.00-13.00 WIB. Pada kegiatan ini, kami memperkenalkan permainan Ular Tangga yang dimodifikasi dengan soal-soal matematika di setiap langkahnya. Permainan ini dirancang untuk melibatkan anak-anak kelas 4 SD hingga 7 SMP dalam belajar matematika dengan cara yang menyenangkan dan interaktif. Sebanyak 19 anak dari Dusun Corongan berpartisipasi aktif dalam permainan ini. Mereka sangat antusias dan menunjukkan keterlibatan yang tinggi.
Motivasi belajar matematika peserta didik diukur melalui angket motivasi belajar berupa pre-test dan post-test. Indikator motivasi belajar yang diukur adalah attention (perhatian), relevance (relevansi), confidence (kepercayaan diri), dan satisfaction (kepuasan) dalam rentang skor 0-5. Hasil pre-test dapat dilihat bahwa setiap indikator motivasi belajar mengalami peningkatan dari kegiatan pre-test ke post-test. Indikator attention (perhatian) meningkat dari skor 2.41 pada kategori kurang menjadi 3.98 pada kategori baik. Indikator relevance (relevansi) meningkat dari skor 2.49 pada kategori cukup menjadi 3.99 pada kategori baik. Indikator confidence (kepercayaan diri) meningkat dari skor 3.48 pada kategori cukup menjadi 4.03 pada kategori baik dan indikator satisfaction (kepuasan) meningkat dari skor 3.85 pada kategori baik menjadi 4.51 pada kategori sangat baik. Berdasarkan observasi dan hasil pengukuran angket sebelum dan setelah kegiatan mengenai motivasi belajar anak, histogram pada Gambar 2 memperlihatkan bahwa rata-rata pencapaian skor motivasi belajar matematika anak-anak di Dusun Corongan meningkat dari skor 3.06 pada kategori cukup menjadi 4.02 pada kategori baik. Anak-anak menyampaikan bahwa mereka merasa lebih tertarik untuk belajar matematika setelah berpartisipasi dalam permainan ini. Mereka menyebutkan bahwa cara belajar yang menyenangkan ini membantu mereka memahami materi dengan lebih baik dan meningkatkan motivasi belajar matematika mereka.Â
Selain mengintegrasikan pembelajaran matematika, kami juga melaksanakan kegiatan praktik tentang pengolahan sampah melalui permainan Ular Tangga. Anak-anak mengerjakan projek dengan memanfaatkan sampah sesuai dengan tantangan yang mereka dapatkan dalam permainan Ular Tangga. Anak-anak secara berkelompok membuat projek seperti ecobrik, bingkai foto, tempat pensil, kotak tisu, tempat sampah, hiasan, dan lukisan geometri. Aktivitas ini tidak hanya memberikan pengetahuan tentang pengelolaan sampah, tetapi juga menghasilkan produk yang dapat digunakan sehari-hari. Â Setelah kegiatan ini, kami mengamati bahwa anak-anak mulai lebih sadar akan pentingnya memilah sampah di rumah mereka dan mengimplementasikan pengetahuan yang didapat untuk mengolah sampah menjadi produk yang bermanfaat. Kegiatan Ular Tangga Matematika dan Projek Lingkungan terbukti efektif dalam meningkatkan motivasi dan pemahaman matematika anak-anak. Permainan yang menggabungkan unsur pendidikan dan permainan ini mampu menciptakan suasana belajar yang positif. Keterlibatan aktif dan antusiasme yang terlihat selama kegiatan dapat dijadikan acuan bagi seorang guru untuk menghadirkan metode pengajaran yang inovatif dan interaktif di masa depan. Keberhasilan dalam mengerjakan kuis matematika menunjukkan bahwa anak-anak tidak hanya merasa lebih tertarik, tetapi juga mengalami pemahaman yang lebih baik terhadap materi.
Kegiatan pengolahan sampah menunjukkan bahwa anak-anak dapat memahami dan menerapkan prinsip-prinsip dasar pengelolaan sampah dengan cara yang menyenangkan. Partisipasi aktif dalam membuat projerk berbahan dasar sampah memperlihatkan bahwa mereka mampu menerapkan  pengolahan sampah secara mandiri dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan adanya perubahan sikap yang positif terhadap lingkungan dan upaya pengolahan sampah sejak dini.Kombinasi dari metode pendidikan interaktif dan kegiatan lingkungan seperti yang dilakukan dalam proyek ini memiliki potensi besar untuk diterapkan dalam skala yang lebih luas. Pendekatan interaktif dalam belajar matematika dapat diadaptasi untuk mata pelajaran lainnya, sementara kegiatan pengolahan sampah dapat terus dikembangkan untuk meningkatkan kesadaran lingkungan. Dengan keberhasilan dari kegiatan ini, diharapkan dapat mendorong penerapan metode serupa di komunitas lain serta mendorong lebih banyak program yang menggabungkan pendidikan dan kegiatan lingkungan untuk menciptakan dampak yang lebih luas dan berkelanjutan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H