Malam itu seperti biasa keluarga Abdi berkumpul di ruang keluarga, di rumah yang kecil itu Abdi tak pernah mengeluh, ia justru bahagia masih tetap bisa berkumpul bersama keluarga. Apalagi Abdi merupakan anak tunggal, meski anak kesayangan orang tuanya ia tak pernah manja, ia justru mandiri, ia bekerja sebagai pengamen untuk uang saku sekolahnya, ia tak mau memberatkan orang tuanya. Sambil menyantap makan malam bersama, ayah Abdi menyalakan tv 14 inchi yang dibelinya di toko bekas. Petang itu sedang ada siaran berita di salah satu stasiun tv swasta.
Saat itu berita sedang menyiarkan suasana rapat paripurna di gedung DPR. “Aparat pemirintah kok gitu, liat tuh lagi rapat malah tidur, main hape, ngobrol, katanya orang pilihan kok begitu, mereka mah persis kayak anak sekolah”, kata ayah Abdi. “Tuh Di, kalo beneran mau jadi anggota DPR nanti, jangan sampe begitu, jadi yang disiplin, DPR kan penyalur aspirasi rakyat, jadi mesti bener”, tambah ibu Abdi. “Iya pak, bu makanya abdi pengen jadi anggota dpr biar bisa benerin pemerintah”,jawab Abdi singkat.
Keesokan harinya, sepulang sekolah Abdi bersiap pergi mengamen bersama teman-temannya. Mereka pun langsung menuju ke tengah kota, ke jalanan ramai, hingga lampu merah, Abdi mulai mengamen di samping-samping mobil yang berhenti ketika lampu merah. “Wakil rakyat seharusnya merakyat jangan tidur waktu sidang soal rakyat..”, begitu lantunan lagu yang dinyanyikan Abdi, lagu fenomenal karya Iwan Fals.
Menjadi pengamen harus sabar, mobil-mobil yang ia datangi belum tentu mau memberi sepeser uang, dan Abdi harus terus menyanyi kesana-kemari demi uang jajan. Abdi pun sampai di mobil hitam, berkaca gelap. Ia mulai menyanyi seperti biasa lagu Iwan Fals, belum lama Abdi menyanyi, kaca mobil itu terbuka, Abdi pun langsung berhenti berharap siapapun di dalam akan memberinya uang. Terlihat seorang pria dewasa berpakaian jas hitam rapih lengkap dengan dasi dan kemeja menatap Abdi dengan tatapan sinis, “kamu anak kecil tau apa sih tentang pemerintah! Lebih baik kamu sekolah dulu sana ga usah mikirin pemerintah! Jangan sok tau!”, bentaknya kencang.
Abdi pun terkejut dan langsung menduduk sambil minta maaf lalu berlari pergi, teman Abdi sesama pengamen ternyata melihat kejadian itu dan langsung menghampiri Abdi. “Elo sih di, kenapa nggak nyanyi yang wajar-wajar aja sih, yang lagi ngetren sekarang kek atau apa yang banyak disukai orang, jadi kena omel gitu kan”, “biarin aja lah, apa salahnya sih nyanyi lagu ini, aku cuma pengen bikin orang-orang sadar aja, kalo emang ternyata kebetulan yang denger aparat pemerintah ya bagus malah berarti tujuan aku tercapai”, jawab Abdi. Temannya hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat keteguhan Abdi tersebut.
Sesampainya di rumah ia menceritakan kejadian itu kepada kedua orang tuanya. Ayah Abdi hanya tertawa mendengar cerita Abdi tersebut, ia tak menyangka anaknya seberani itu, sementara Ibu Abdi hanya menyarankan Abdi untuk lebih hati-hati.
Keesokan harinya Abdi kembali mengamen bersama teman-temannya. Selesai berkeliling di lampu merah, Abdi mengarah ke sebuah rumah makan, tanpa ragu Abdi memberi salam dan langsung masuk kemudian bernyanyi , masih lagu yang sama. Tiba-tiba seorang laki-laki dewasa datang menghampirinya dan melemparkan uang recehan ke pada Abdi, “udah pergi sana! Pengamen doang ga usah ngomongin pemerintah deh! Tau apa kamu soal pemerintah! Kalo saya polisi udah saya tangkap kamu!”, bentak lelaki itu tadi. Sontak keributan itu membuat seisi rumah makan tercengang, Abdi langsung minta maaf, tanpa mengambil uang yang dilemparkan lelaki itu tadi, ia pun langsung pergi keluar. “Heh itu diambil! Belagu amat jadi pengamen dikasih uang nggak mau”, kata lelaki tadi yang masih saja mengomel.
Seorang wanita berpakaian kantor rapih yang sedari tadi duduk mengamati kejadian itu pun menghampiri pria tadi. “Bapak kalo memang aparat pemerintah harusnya malu bersikap seprti itu tadi, yang saya lihat anak itu justru lebih berpendidikan dari bapak tadi, kalo bapak merasa tersinggung dengan nyanyian anak itu tadi harusnya bapak instropeksi diri bukan malah menyalahkan orang lain”, kata wanita itu. Si pria tadi hanya diam dengan wajah kesal, ia tak bisa menjawab.
Setelah kejadian itu, Abdi kini mengamen dengan lagu lain yang tidak menyinggung pemerintah, namun ia tetap mengamen di tempat yang sama karena memang disitulah tempat biasanya mengamen. Sampai di rumah makan yang kemaren, seorang wanita menghampirinya, ternyata itu adalah wanita yang kemarin menegur bapak-bapak itu. “Kok lagunya ganti? Biasanya lagu iwan fals itu, kenapa?”,tanya wanita itu. Ternyata wanita itu sudah lama melihat Abdi sering mengamen disitu karena kebetulan memang itu adalah rumah makan langganannya. “Saya cuma nggak pengen bikin keributan bu, saya emang cuma mau ngamen kok, kalo orang lain nggak suka mah buat apa”, jawab Abdi. “Kata siapa? Saya suka kok kamu nyanyiin lagu itu, karena disitu kamu bukan cuma sekedar nyanyi tapi sekaligus menaruh harapan, bagus loh itu, mungkin kalo dibandingin orang yang suka sama orang yang nggak suka kamu nyanyiin lagu itu pasti lebih banyak yang suka, percaya deh”. Abdi terdiam sejenak, si wanita itu kembali bertanya, “kamu masih sekolah?”, “masih dong bu, kalo nggak sekolah nanti saya nggak bisa jadi anggota DPR dan benerin sistem pemerintahan”,jawab Abdi spontan. Wanitu itu pun tersenyum dan mengelus kepala Abdi, “Bagus kalau begitu, saya tunggu ya nanti janji kamu buat memperbaiki sistem pemerintahan, yaudah ini Ibu ada sedikit uang semoga bisa bantu kamu ya”, kata wanita itu sambil memberikan sebuah amplop kepada Abdi, kemudian pergi.
Abdi yang masih bingung hanya diam sembari membuka amplop itu yang ternyata berisi uang lima puluh ribu rupiah. Karena begitu senang, Abdi pun langsung berlari pulang kerumah untuk menceritakannya kepada kedua orang tuanya. “Tuh Di, udah ada lagi yang dukung kamu buat jadi anggota DPR, makanya kamu sekolah yang bener, jangan males belajar, biar bener tercapai ya nanti”, kata Ibu Abdi setelah mendengar cerita Abdi tadi.
Sekarang Abdi pun semakin semangat sekolah, dan saat mengamen ia tidak takut lagi untuk menyanyikan lagu kesukaannya, Iwan Fals-Surat Buat Wakil Rakyat.