Mohon tunggu...
luthfia ningsih
luthfia ningsih Mohon Tunggu... Guru - MAHASISWI

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mencegah Masalah Kepemalasan Peserta Didik agar Terus Semangat Belajar

3 Desember 2020   23:00 Diperbarui: 3 Desember 2020   23:01 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

ESSAY

MENCEGAH MASALAH KEPEMALASAN PESERTA DIDIK AGAR TERUS SEMANGAT BELAJAR 

PENDAHULUAN

Pendidikan nasional di masa kini memasuki fase bosan terhadap beberapa masalah yang belum bisa terpecahkan samapai saat ini. Pendidikan saat ini pesertadidiknya menganggap seperti kambing hitam yang selalu disalahkan dan digugat ketika muncul permasalahan-permasalahan sosial kemasyarakatan yang semakin tidak berkondusif, kondisi ekonomi bengsa yang semakin miris, bahkan krisis kemungkinan atau segi yang mengarah ke moral, kepribadian, terutama dalam hal berprestasi, dll.

Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) memiliki kedudukan yang sangat penting dalam memastikan perkembangan biologis, kepribadian, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik berjalan sesuai dengan tahap perkembangannya sehingga mereka siap menjadi calon anggota masyarakat yang akan mengisi dan melanjutkan cita-cita perjuangan bangsa serta mampu menghadapi permasalahan yang lebih rumit pada jenjang pendidikan selanjutnya. Dalam hal ini, penyelenggaraan pendidikan bertujuan untuk membantu peserta didik dalam mencapai perkembangan yang optimal, baik dari sisi akademik maupun kepribadian.

Menurut Robert Freidrichs Paradikma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikiran seseorang sebagai titik tolak berpandangan sehingga terbentuklah citra subyektif seseorang terhadap realita, sehingga berujung pada ketentuan bagaimana cara menangani realita tersebut ( dikutip dari jurnal pendidikan anak masih dini ). Sedangkan integrasi sendiri memili arti sebuah system yang mengalami pembaruan sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Sedangkan Bimbingan dan Konseling adalah proses interaksi antara konselor dengan konseli baik secara berlangsung maupun secara tidak berlangsung dalam rangka membantu konseli agar dapat mampu mengembangkan potensi diri ataupun memecahkan masalah yang sedang dialamnya.  Bimbingan konseling juga dapat diartikan sebagai upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogramnya  yang dilakukan oleh konselor untuk memfasilitasi perkembangan konseli utuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya. Mengenai perbedaan antara bimbingan dan konseling secara umum dapat dilihat dari sistem layanan bertemunya konseli dengan konselor. Diman bimbingan bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung (virtual) sedangkan konseling harus dilaksanakan secara langsung antara konseli dengan konselor.  Layanan bimbingan dan konseling memiliki beberapa komponen yang terbagi dalam jenis layanan diantaranya layanan orientasi,  layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan penguasaan konten, layanan penguasaan perorangan, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok dan lainnya. Dan layanan-layanan tersebut harus sesuai dengan kebutuhan konseli dan sekolah. Sehingga hasil yang dicapai dalam bimbingan dan konseling tersebut akan maksimal. Serta  sekarang ini dengan adanya pandemi dapat mengahambat pembelajaran dan pastinya layanan bimbingan dan konseling diperlukan peserta didik. Oleh karena itu penulis akan menjabarkan paradika integrasi bimbingan dan konseling di sekolah dasar.

PEMBAHASAN

The American Counseling Association (2010) mendefinisikan konseling sebagai hubungan profesional yang memberdayakan individu, keluarga, dan kelompok yang beragam untuk mencapai tujuan kesehatan mental, kebugaran, pendidikan, dan karier. Untuk mencapai tujuan dari setiap praktik konseling, kompetensi konselor memegang peranan penting. Ide kompetensi melibatkan pemahaman dan praktik efektif dari pengetahuan teoritis yang juga mencakup paradigma dalam konseling. Oleh karena itu, posisi paradigmatik konselor memandu praktik mereka dan meningkatkan kompetensi mereka dalam menetapkan landasan yang mendasari seluruh proses konseling. Dalam pengertian ini, paradigma berfungsi sebagai peta jalan untuk bertindak. Keputusan dan pilihan konselor mengenai intervensi, reaksi, dan analisis mengalir secara logis dari model teoritis dan paradigmatik tentang seperti apa orang itu, apa yang baik untuk mereka, dan kondisi apa yang mungkin memengaruhi mereka dalam arah yang ditentukan sendiri dan diinginkan (Kottler & Sheppard, 2008). Paradigma dalam konseling memungkinkan konselor untuk menangani masalah klien mereka secara holistik dan non-reduksionis.

Di banyak negara, termasuk Turki, model perkembangan komprehensif telah diadopsi sebagai dasar untuk program konseling sekolah umum (Dollarhide & Saginak, 2012; Stockton & Gneri, 2011). Untuk mendukung model ini dan membangun program konseling yang komprehensif, berbagai teori perkembangan manusia telah diterapkan (Paisley & McMahon, 2001). Sebagai hasil dari transisi menuju model perkembangan yang komprehensif, layanan menjadi lebih fokus pada perkembangan dan pencegahan, mendukung semua individu untuk mengaktualisasikan diri dan mencapai penguasaan tugas-tugas perkembangan yang sesuai (Green & Keys, 2001). Selain itu, menjelang abad ke-21, program konseling perkembangan yang komprehensif mulai dikonseptualisasikan seputar prinsip multikulturalisme dan perkembangan positif untuk semua anak. Dalam praktiknya, ini berarti bahwa sekolah dan konselor perlu menerapkan pendekatan interseksional, menantang kekuatan kelembagaan yang menindas, dan memenuhi kebutuhan populasi siswa yang beragam (Moradi & Grzanka, 2017)

Bimbingan merupakam bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka membantu pesrta didik menemukan jati dirinya masing-masing, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan untuk kedepannya yang lebih maju. Keberadaan bimbingan di sekolah bertujuan untuk membentuk peserta didik yang utuh, seimbang secara aspek kepribadian, sosial-kemasyarakatan, keberagamaan dan mengembangkan aspek baik itu kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang. Jika kesemuanya terealisasi dengan baik maka akan membantu pesrta didik mampu dalam menggembangkan dirinya baik berupa sikap, perilaku, prestasi belajar bahkan cita-citanya. namun tujuan tersebut tidak serta merta tercapai hanya dengan bimbingan saja. Kesemuanya itu bisa tercapai jika ada kerjasama antara pendidik, pembelajaran, konseli, pihak sekolah, orang tua, peserta didik, lingkungan dan lainnya. Apalagi disekolah dasar biasanya tidak memiliki guru pembimbing secara khusus atau dengan guru kelas sendiri..

            Oleh sebab itu, untuk menjamin fasilitas layanaan bimbingan yang sesuai dengan prosedur dan tujuannya, maka perlu memperhatikan prinsip-prinsip dari pelaksanaannya. Dimana prinsip tersebut mencakup sarana layanan bagi seluruh individu yang ada disekolah tanpa terkecuali, permasalahan yang dihadapi (baik secara fisik dan psikologi), program layanan, dari bimbingan dan konseling sendiri dan pelaksanaan layanan dari BK dan harus selaras dengan program pendidikan sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun