Mohon tunggu...
Fiksiana

Merindu Suasana Kampung Halaman

21 Mei 2016   13:51 Diperbarui: 21 Mei 2016   13:54 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kerumunan santri santri dengan berbagai karakter,di keramaian suasana pondok yllah penuh barokah, sejenak angan-anganku melayang, menerawang jauh teringat orang-orang terkasih nan jauh di pandangan mata ini, membayangkan suasana di gubuk sederhana di tanah kelahiranku nan jauh di sudut kota tempatku menuntut keingin tahuan ku yang menjadikan aku tahu berbagai ilmu.

Yaa,, tinggal beberapa hari lagi,, 

Tinggal beberapa hari lagi jwa, raga, hati ini akan segera merasakan kehangatan di gubuk kecil  reot peyot namun di tempat tersebut akan terjamin kebahagiaan yang tak ternilai harganya  dengan hal apapun, kasih sayang  dalam balutan keluarga yang sederhana, belaian lembut dari seorang wanita yang amat aku cintai dan tidak lain itu adalah ibuku, bersenda gurau, bertatap muka, berkumpul  dengan sanak saudara terkasih, Setelah sekian lamanya berada di kota orang. Sebahagia apapun aku berada di kota orang, aku akan selalu merindukan tanah kelahiranku. Sejauh apapun kaki yang melangkah kan di kota orang, aku akan kembali di tanah kelahiranku.

Aku amat sangat rindu dengan suasana kampung halaman. Kampung yang jauh dari suara kebisingan laju kendaraan, Rindu dengan semua pernak-pernik yang ada di sana. Suara hewan malam, desir angin yang meniup pohon rindang di pinggir jalan dan sekitar perumahan. Rindu dengan aliran air di sungai dan kali. Rindu dengan iring-iringan para petani yang mau berangkat ke sawah dengan senyuman, dan pulang ke rumah dengan keringat yang meleleh di badan.

Rindu ingin mengunyah hasil yang bapak ibu tanam sendiri. Nasi, jagung, ketela dan lainnya, rindu dengan suara adzan yang khas di lantunkan oleh masyarakat disana, suasana fajar yg di ikuti dengan sepoi sepoi angin, kokok ayam di pagi hari ,suasana senja yang selalu menampak kan cantiknya setiap inci gerakan matahari yang mulai bersembunyi dari belahan bumi dan saat hujan datang di malam hari, saat reda suara katak saling bersahutan dalam genangan air hujan.

Ah , tak sabar rasanya ingin segera menginjakkan kaki di tanah kelahiranku, beristirahat di gubuk nan sederhana, bertemu dan bercengkrama dengan orang-orang tercinta. Makan bersama kakak adik, tidur ramai-ramai di lantai dan saling berebut selimut atau saling berebut mendapat pelukan, berebut bergelayutan manja  pada Ibu tercinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun