Mohon tunggu...
Luthfia Qurrotu Aini
Luthfia Qurrotu Aini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Telkom University

Senang dengan kesenian dan kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Abah-Abah Bondan: Mengulik Busana Pengantin Masyarakat Biasa Asal Cirebon!

12 November 2023   00:57 Diperbarui: 12 November 2023   01:15 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia sendiri memiliki keunikan budaya yang beragam, serta perlu memiliki tempat pelestarian dan sejarah yang dimiliki agar tidak hilang begitu saja. Tentunya, berbagai informasi sejarah di Indonesia meliputi kesenian, pakaian atau busana adat, kebudayaan, permainan, dan alat musik tradisonal dapat kita temukan di Museum Sri Baduga yang terletak di Bandung, Jawa Barat. Museum ini didirikan pada tahun 1974 dan diresmikan 5 Juni tahun 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr Daud Yusuf.

Pakaian atau busana adat adalah salah satu keberagaman kebudayaan Indonesia yang dipengaruhi oleh beragam ciri khas serta keistimewaan setiap daerah. Pakaian adat juga berfungsi sebagai simbol budaya, karakter penduduk daerah, keyakinan penduduk daerah dan sejarah didalamnya. Selain itu, pakaian adat juga menjadi adanya suatu pembeda antardaerah, menentukan posisi atau peran seseorang dalam sebuah acara atau perayaan hari besar, serta menunjukkan karakter daerah masing-masing yang berada di Indonesia. Hal tersebut yang menjadikan pakaian adat ini sebagai simbol atau identitas kebudayaan setiap daerah nya. (Yunanto 2015:3)

Lalu, apa yang membedakan pakaian adat lainnya dengan pakaian adat Jawa Barat?

Pakaian adat Jawa Barat dikenal berdasarkan umur, fungsi dan strata sosial. Secara umum, ada pakaian yang memang digunakan oleh para bangsawan, kaum menengah dan masyarakat biasa. Ketiga nya memiliki keunikan serta histori nya masing-masing.

Cirebon merupakan salah satu kota di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini dikenal dengan keunikan dan keragaman budaya yang dimiliki, salah satunya yakni pakaian atau busana adat pengantin. Pakaian atau busana adat pengantin di Cirebon disebut dengan "Pelakrama Ageng" yang memiliki arti perkawinan agung dengan mengangkat tradisi lokal dengan mengutamakan Islam sebagai nafas utama dari pelaksaan adat tersebut.

Secara umum, Cirebon memiliki tiga busana pengantin dan terbagi dalam strata sosial yaitu busana pengantin Kebesaran (bangsawan Keraton Kanoman), busana pengantin Pangeranan (bangsawan Keraton Kasepuhan), dan busana pengantin Abah-Abah Bondan (masyarakat biasa/umum). Namun kita akan berfokus untuk membahas busana pengantin Abah-Abah Bondan.

Busana pengantin Abah-Abah Bondan ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan busana yang lainnya. Sebagian besar, motif yang terdapat pada busana ini adalah motif barong dan naga yang dilambangkan sebagai kebesaran, kekuasaan dan kebahagiaan. Busana pengantin Abah-Abah Bondan ini terbilang sangat sederhana karena hanya menggunakan baju yang ditutupi teratai dan kebaya pada mempelai wanita ditutupi terataian sederhana berwarna ungu senada dengan baju mempelai pria. Lalu sarung dadaman (motif kotak-kotak) yang digunakan sebagai rok atau bawahan. Tentunya busana ini dikenakan oleh pengantin atau mempelai pria dan wanita berasal dari masyarakat biasa yang berada di lingkungan luar keraton. (Deviana Putri, 2014)

Pada busana ini, pengantin wania mengenakan kebaya sutra yang ditutup treat yang menutup bahu hingga dada. Bagian rok atau bawahannya menggunakan sarung Bugis. Lalu pada bagian kepala nya dihias taplok bathok (penutup dahi), kembang goyang manuk, tusuk gelung melati, kembang goyang bunga dan arnal. Hiasan badan nya mengenakan gelang badong (gelang tangan), badong lengan (kelat bahu), giwang seto dan ali.

Sedangkan pada pengantin pria nya mengenakan baju model sanghay ditutup treta, celana sontog, dan sarung polecat. Bagian kepala nya memakai ikat dan ditutup dengan udeng naga berbentuk naga melingkar yang dihiasi dengan motif burung, dan bunga jumbai-jumbai rantai biji mentimun. Lalu bagian badan nya berhiaskan kalung rante ukon, yang terdiri dari untaian uang logam, badong lengan (kelat bahu), gelang badong (gelang tangan), dan badong weteng (ikat pinggang) yang diselipkan dengan pisau.

Kesimpulan 

Busana pengantin Abah-Abah Bondan ini tentunya memiliki keunikan serta keragaman makna pada setiap aksesoris atau elemen yang ada. Hal tersebut dapat kita sadari bahwa makna yang ada pada busana tersebut memiliki pesan yang ingin disampaikan dan sebagai harapan baik didalamnya. Dengan melestarikan dan menjaga budaya agar tidak rusak oleh kemajuan teknologi, merupakan salah satu hal yang bisa kita lakukan sebagai anak muda. Karena sejatinya, budaya dari daerah manapun bukan hanya menjadi sebuah histori atau sejarah saja namun juga dapat menciptakan kesadaran individu untuk mendukung dan membantu melestarikan serta mengembangkan budaya agar tidak hilang begitu saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun