Mohon tunggu...
Dongeng

Asal Usul Nama Balikpapan

8 Februari 2016   20:04 Diperbarui: 8 Februari 2016   20:45 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konon pada tahun 1783 di tanah Pasir sudah berlangsung sistem pemerintahan kerajaan yang teratur, rakyat hidup berkecukupan. Kekuasaan Raja meliputi daerah yang sangat luas sampai kebagian selatan. Daerah itu berupa sebuah teluk yang indah dan mengandung hasil bumi dengan hasil laut yang cukup besar. Masyarakat yang bermukim di sepanjang teluk hidup sebagai petani dan nelayan. Mereka hidup dalam suasana yang damai dan makmur. Sultan yang memerintah pada waktu itu adalah Aji Muhammad. Sebuah nama yang melambangkan kebesaran dan kesucian jiwa pemiliknya.

Aji Muhammad mempunyai seorang putri bernama Aji Tatin. Setelah dewasa, Aji Tatin menikah dengan seorang bangsawan Raja Kutai. Untuk masa depannya, Aji Tatin menuntut warisan kepada ayahnya. Aji Muhammad pun menyerahkan wilayah teluk, saat itu belum menjadi sebuah kota dan belum memiliki nama.

Pada suatu hari, orang-orang kepercayaan Aji Tatin sedang memungut upeti dari rakyat berupa papan dengan menggunakan perahu. Ketika mereka sedang mendayung perahu menggunakan tanggar (galah) yang disebut tokong, tiba-tiba datanglah angin topan dahsyat.

Perahu Aji Tatin terbalik diterpa badai. Para pendayung berusaha membawa perahu mereka merapat ke pantai, namun tidak berdaya karena diserang topan dan gelombang ganas. Tidak berapa lama, perahu pun terhempas ke sebuah pulau karang. Tokong (galah) pendayung patah dan perahu yang sarat muatan papan itu karam.

Pemimpinnya, Panglima Sendong dan anak buahnya meninggal. Demikian asal usul nama Balikpapan yang diambil dari peristiwa perahu berisi papan yang terbalik diterpa badai. Pulau karang penyebab malapetaka itu akhirnya makin besar dan menjadi sebuah pulau yang ditumbuhi pohon-pohon. Pulau itu dinamakan Pulau Tukung sampai sekarang.

Nilai Budaya:

-          Kebiasaan seorang anak raja yang selalu menuntut warisan ayahnya;

-          Kebiasaan orang-orang yang memiliki kekuasaan yang suka memungut upeti dari rakyat kecil.

Nilai Moral:

-          Janganlah memungut hal yang lebih kepada orang yang lemah;

-          Gunakanlah Jabatan atau kekuasaan dengan baik dan bijaksana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun