Hari raya Idul Fitri atau yang akrab disebut di Indonesia sebagai Lebaran merupakan hari raya umat Muslim yang dirayakan setiap tanggal 1 Syawal kalender Hijriah. Biasanya, Lebaran diawali dengan salat idulfitri di pagi hari yang umumnya dilakukan di lapangan atau jalanan. Baru setelah itu biasanya ada serangkaian kegiatan yang kerap dilakukan sebagai tradisi di hari Lebaran. Tradisi yang dilakukan juga berbeda di setiap daerah, tetapi umumnya, setelah salat orang-orang bersama keluarganya akan bermaaf-maafan satu sama lain, berkunjung atau dikunjungi kerabat dan teman, bagi-bagi THR, dan makan-makan.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, lebaran kerap dijadikan sebagai ajang menjalin tali silaturahmi dengan saling mengunjungi kerabat dan teman-teman. Rasanya tidak lengkap jika ketika kita berkunjung, atau kerabat mengunjungi kita tidak ditemani dengan kudapan dan makanan untuk menemani perbincangan. Makanan dan minuman yang disajikan saat Lebaran juga biasanya khas. Untuk kudapan atau makanan kecil biasanya disajikan kue-kue kering seperti nastar, kaastengels, stik keju, dll. Selain kue kering, ada juga aneka ragam hidangan berbasis es, seperti es buah, es campur, es krim, es cincau, dan masih banyak lagi.
Keberagaman juga ditemukan ketika kita melihat makanan berat yang ditawarkan. Opor ayam, gulai kambing, rendang, sambal goreng kentang, dan ketupat adalah beberapa hidangan khas yang kerap disajikan saat lebaran. Selama 19 tahun saya hidup dan 19 kali pula ikut merayakan Lebaran, semua makanan yang disebutkan sebelumnya selalu tersaji di meja makan rumah nenek saya. Muncul pertanyaan di benak saya, kenapa harus makanan-makanan tersebut? Kenapa bukan yang lain? Misalnya seperti sapo tahu, bistik, steak, pasta, atau makanan-makanan lainnya?
Dalam usaha menjawab pertanyaan tersebut, saya akhirnya meminta pendapat kepada ibu saya sebagai orang yang tiap lebaran tidak pernah absen memasak. Menurutnya, penyajian opor ayam dan makanan lain yang menggunakan santan sebagai salah satu bahannya bukanlah tanpa alasan. Lebaran identik dengan ketupat dan menurut ibu, ketupat akan sangat enak jika didampingi dengan makanan berkuah santan. Kemudian, bagaimana dengan nastar dan kaastengels? Ternyata sudah menjadi kebiasaan sejak zaman penjajahan Belanda untuk menjadikan nastar dan kaastengels sebagai kudapan untuk tamu, mengingat kedua kue tersebut memang berasal dari negeri kincir angin. Akhirnya kebiasaan tersebut berkembang menjadi tradisi yang dilakukan setiap Lebaran.
Setelah sedikit ngobrol-ngobrol dengan ibu saya, akhirnya rasa penasaran saya selama ini cukup terjawab. Obrolan dengan ibu semakin menyadarkan saya bahwa tradisi dan kebiasaan yang kita lakukan sekarang kebanyakan dibangun di atas sejarah budaya yang panjang. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk memahami dan menjaga tradisi budaya yang kita yakini saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H