Mohon tunggu...
Luther
Luther Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa biasa yang terkadang suka membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Pidato Presiden Jokowi di Sidang Bersama DPD - DPR RI 2019

19 September 2024   08:55 Diperbarui: 19 September 2024   08:57 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Presiden Jokowi awalnya terlebih dahulu menyapa para audiens, barulah ia menjelaskan tentang pakaian yang dikenakan, di mana beliau mengatakan "Ini pakaian dari Sasak, Nusa Tenggara Barat". Hal ini menarik, karena setelah menjelaskan tentang pakaian, beliau melanjutkan dengan, "Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin mengajak kita semuanya untuk meneguhkan kembali semangat para pendiri bangsa, bangsa kita, bahwa Indonesia itu bukan hanya Jakarta, bukan hanya Pulau Jawa. Tetapi, Indonesia adalah seluruh pelosok tanah air. Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote." Beliau melanjutkan dengan mengatakan bahwa pembangunan harus tetap Indonesia sentris agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia. Hal ini kemudian meyakinkan saya bahwa pembangunan harus menyeluruh di Indonesia.

Presiden Jokowi lalu melanjutkan bahwa Indonesia maju bukan hanya karya dari Presiden, Wakil Presiden, atau lembaga-lembaga saja, namun juga karya pemimpin agama, budayawan, pendidik, para pelaku usaha, buruh, pedagang, inovator maupun petani, nelayan dan UMKM, serta karya seluruh anak bangsa Indonesia. Beliau juga menyebut semua partai politik yang ada. Ini menunjukkan bahwa beliau mampu mempersuasi lewat menyebut berbagai jenis pekerjaan, seolah mereka yang disebut juga terlibat dan dihargai dalam perkembangan Indonesia Maju.

Kemudian Presiden Jokowi berkata bahwa beliau yakin jika kita semua sepakat dengan satu visi Indonesia Maju, kita pasti bisa mendahului kemajuan bangsa yang lain. Juga dilanjutkan dengan "...saya mengajak kita semua untuk optimis dan kerja keras. Sayalah yang memimpin lompatan kemajuan kita bersama." Hal ini tentu persuasif sekali, karena Presiden Jokowi menyebut kata "Saya yakin" dan "Saya mengajak". Beliau kemudian melanjutkan pidato dengan membahas mengenai persaingan dan perang dagang, di mana ia menyebut bahwa dunia tidak sedang berubah, tetapi sedang terdisrupsi. Beliau juga menyebut perlunya untuk mewaspadai arus informasi yang semakin mudah serta terbuka lewat bidang pertahanan-keamanan. "Lambat asal selamat tidak lagi relevan, yang kita butuhkan adalah cepat dan selamat."

Presiden Jokowi meyebut bahwa perlu adanya ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat melampaui bangsa Indonesia. Selain itu, Presiden Jokowi menyebut bahwa, "Kita butuh SDM-SDM unggul yang berhati Indonesia, berideologi Pancasila. Kita butuh SDM unggul yang toleran, yang berakhlak mulia." Presiden Jokowi juga menyatakan bahwa negara Indonesia ini kaya akan sumber daya alam, tetapi tidak hanya cukup "punya", tetapi perlu "hilirisasi industri" agar bisa lebih jauh berkembang lagi. "Kita harus berani memulai dari sekarang. ... Tapi, kita bisa lebih dari itu," adalah kalimat yang menurut saya sangat bersemangat dari Presiden Jokowi. Beliau juga menyebut bahwa kita bisa ekspor dan pengembangan mobil listrik, namun, kita bisa lebih dari itu. 

Selebihnya, Presiden Jokowi membahas mengenai fokus dalam pengembangan kualitas SDM, dan lembaga pendidikan-pelatihan yang harus didukung agar mampu menghadapi perubahan. Beliau juga membahas mengenai ancaman siber, penegakan hukum dan HAM, serta mengenai orientasi kerja yang harus berfokus pada hasil dan seberapa baik pelayan dan kemudahan untuk masyarakat. Terakhir, Presiden Jokowi meminta izin serta dukungan untuk memindahkan ibu kota negara ke Pulau Kalimantan. "Ibu kota yang bukan hanya simbol identitas bangsa, tetapi juga representasi kemajuan bangsa. Ini demi terwujudnya pemerataan dan keadilan ekonomi," sebuah kalimat yang memang mempersuasif, karena ada kalimat yang menyebut bahwa ibu kota bukan hanya simbol identitas bangsa, namun juga representasi bangsa, demi terwujudnya pemerataan dan keadilan ekonomi.

Kesimpulannya, pidato Presiden Jokowi ini adalah pidato persuasif. Terlihat dari bagaimana pada awal pidato, beliau menyebut seluruh hadirin yang hadir, dan juga menyebut para pekerja yang langsung terjun ke masyarakat. Beliau juga menggunakan kalimat yang cenderung mudah dipahami dan menggebu-gebu, tetapi tetap dengan gaya khas Presiden Jokowi yang merakyat. Di sinilah proses emosional ada, karena Presiden Jokowi dikenal sebagai Presiden yang merakyat, sehingga nilai tariknya ada di situ. Sementara proses rasionalnya adalah ketika Presiden Jokowi menyebut berbagai hal sesuai data, seperti tentang sumber daya alam yang harus dikelola, sumber daya manusia yang harus unggul, dan ancaman dari segi pertahanan fisik maupun siber.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun