Kebutuhan manusia akan informasi mendorong manusia itu sendiri untuk terus bereksperimen. Dengan dorongan tersebut, akhirnya membuat manusia menemukan temuan-temuan baru yang dapat mempermudah manusia memeroleh dan membagikan  informasi. Penemuan itu dapat kita lihat dalam bidang teknologi, sehingga muncullah istilah teknologi informasi.
Salah satu contoh kemajuan teknologi informasi yang kita rasakan saat ini adalah gawai yang kita gunakan sekarang. Dengan didukung temuan aplikasi semacam Google, Facebook, Twitter, Instagram, dan aplikasi lainnya, kita mudah mencari dan membagikan apa saja dan menghubungi siapa saja, yang jauh maupun yang dekat.
Kita bisa membayangkan bagaimana susahnya kalau produk teknologi informasi ini tidak ditemukan. Contoh yang paling kecil saja kita tidak dapat mencari resep masakan kesukaan kita. Apalagi saat ini di tengah pandemi covid-19, jika tidak ada laptop, gawai, internet kita tidak bisa berbagi informasi tentang pembelajaran, pekerjaan dan hal lainnya.
Karena sangat dibutuhkan dan sering digunakannya, gawai dan aplikasi pendukungnya telah menjadi kebutuhan primer dalam hidup manusia. Minimal setiap individu memiliki satu gawai untuk terhubung dengan individu lainnya. Bahkan, kiwari ini seseorang sudah banyak yang memiliki lebih dari satu perangkat, contohnya gawai dan laptop bisa dimiliki satu orang.
Berkat sokongan aplikasi berupa Google, Facebook, Twitter, Instagram dan aplikasi serupa lainnya yang dapat di unduh di playstore atau applestore, seseorang dapat menjelajahi dunia. Pantaslah jika ada ungkapan "dunia dalam genggaman", yang kenyataannya memang seperti itu.
Perkembangan selanjutnya, gawai tidak hanya dimanfaatkan oleh orang dewasa. Produk kemajuan teknologi ini telah dirasakan pula oleh anak-anak. Saat ini anak usia taman kanak-kanak dan sekolah dasar sudah bisa akrab dengan perangkat bernama gawai atau laptop. Jadi, tidak perlu heran lagi jika melihat anak kecil sudah bisa mengakses Google, Youtube, Facebook atau Instagram dari gawai mereka.
Beragam alasan kebutuhan anak terhadap gawai atau laptop. Ada yang bilang untuk mencari hiburan dengan menonton video atau bermain gim. Ada juga yang bilang untuk berbagi informasi tentang lingkungan sekitar, maka munculla istilah update status. Di lain pihak, ada juga yang beralasan untuk menunjukkan eksistensi diri.
Melihat perkembangan itu, tidak salah jika produsen atau pengembang aplikasi di perangkat gawai menyasar kebutuhan anak. Secara, namanya perusahaan pasti tidak akan membuang peluang bisnis. Terlebih jika ada keuntungan yang bisa didapatkan dari hasil pengembangannya itu.
Oleh karenanya, muncullah beragam aplikasi anak seperti Kiddle, YouTube Kids, dan Messenger Kids. Aplikasi yang disinyalir ramah untuk anak dan mendukung kebutuhan anak, seperti yang diberitakan Kompas.com (19/5/2020). Penasaran dengan isi aplikasi tersebut, pembaca bisa mencoba menginstalnya.
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, kemajuan teknologi seperti gawai yang didukung aplikasi yang sudah disebutkan di atas tidak hanya menampakkan sisi positifnya saja. Ibarat uang koin, ada dua sisi yang bertolak belakang. Sisi negatifnya tampak pula dan dapat berdampak negatif terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak.
Asosial dan adanya jarak antara anak dan orangtua adalah salah satu contoh dampak negatif terhadap anak. Anak akan lebih asyik bermain dengan gawai yang dimiliki tanpa menghiraukan orang lain. Jika pun gawainya diambil saat anak sedang asyik berselancar di media sosial atau di mesin pencari, anak akan marah.