Akhirnya, apa yang diinginkan dibelinya sebelum buka puasa tiba. Namun, ketika buka puasa tiba hanya es dan nasi yang masuk ke dalam perut. Sementara yang lain tergeletak begitu saja di atas meja.
Contoh lagi, di tahun 2019 lalu warga Surabaya sempat digegerkan dengan beredarnya video seorang anak menendang ibunya karena keinginannya tidak dipenuhi. Saat itu sang anak menginginkan uang untuk membeli sesuatu.
Kasus yang lebih parah dilakukan oleh pemuda asal Desa Krebet di tahun 2018 lalu. Seorang remaja membakar rumahnya sendiri karena keinginannya tidak diwujudkan oleh orangtuanya, Â yaitu ingin dibelikan handphone.
Melihat video yang tersebar melalui media sosial dan televisi itu membuat kita mengelus dada. Pertanyaan pun muncul sebegitu mengerikannya rasa ingin yang tak tertahankan dan terkendalikan?
Dari pelbagai contoh di atas kita dapat menyimpulkan bahwasannya terkadang kita terjebak oleh keinginan kita sendiri. Apa-apa yang sebenarnya tidak kita butuhkan seperti sangat dibutuhkan. Ujung-ujungnya hanya mengejar kepuasan nafsu dan penghamburan uang yang dimiliki. Bahkan paling puncaknya adalah kekerasan.
Untuk itu mari coba renungkan kata-kata Laozi berikut. Barangkali dapat kita ambil pesan positifnya.
"Mengenal orang lain adalah kecerdasan, mengetahui diri sendiri adalah kebijaksanaan sejati. Menguasai orang lain adalah kekuatan, menguasai diri sendiri adalah kekuatan sejati."
Dituruti atau dibiarkannya keinginan tergantung dari ketepatan dalam mengambil keputusan. Keputusan yang diambil harus mempertimbangkan kebutuhan dan besar kecilnya manfaat barang dibeli. Selain itu, kiranya perlu memerhatikan dan menguasai keinginan kita yang kerap kali muncul jika melihat atau mendengar sesuatu yang baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H