Dewasa ini dunia pendidikan kita mengalami cobaan. Covid-19 memaksa pemerintah mengeluarkan kebijakan pembelajaran di rumah. Hingga saat ini, sekira lima minggu lebih pembelajaran berlangsung di rumah. Otomatis, hal ini telah menambah pekerjaan orangtua di rumah.
Kembalinya siswa ke rumah dan belajar dari rumah seperti mengembalikan makna sekolah pada asalnya. Sekolah yang semula untuk mengisi waktu kosong dan anak-anak diajari oleh orangtua. Bedanya, saat ini sekolah sebagai bentuk institusi tidak lepas tangan begitu saja. Ada kurikulum yang harus dipenuhi oleh guru dan siswa.
Saat siswa belajar dari rumah, orangtua memiliki tugas ganda, yaitu bekerja dan mendampingi anaknya belajar. Akibat peran ganda tersebut beberapa kasus menunjukkan ketidaksabaran orangtua dalam mendampingi anak dan orangtua merasa terbebani dengan anak yang belajar dari rumah.Â
Contoh kasus dapat kita simak pada curhatan seorang ibu di twitter beberapa waktu lalu. Kasus lainnya adalah siswa merasa orangtua terkadang lebih mengerikan daripada guru di sekolah.
Sebenarnya, siswa belajar dari rumah menjadi kesempatan yang menyenangkan bagi orangtua. Orangtua dapat berbagi peran dalam keluarga. Misalnya, anak-anak dapat membantu pekerjaan orangtua agar menjadi lebih ringan dan sebaliknya orangtua menjadi teman bermain dan belajar bagi anak. Selain itu, orangtua dapat mengontrol dan menanamkan karakter baik terhadap anak dari yang selama ini banyak dipasrahkan kepada guru di sekolah.
Ketidaksabaran dan perasaan orangtua yang terbebani ketika mendampingi anak atau sebaliknya anak yang merasakan hal sebagaimana yang telah disebutkan di atas menimbulkan pertanyaan, bagaimana orangtua mendidik anak dalam keseharian? Jangan-jangan keluarga sebagai lingkungan pendidikan kurang memberikan keamanan dan kenyamanan dalam belajar.
Munculnya problematika semacam itu menandakan pendidikan tidak hanya dibutuhkan oleh anak-anak, tetapi juga diperlukan oleh orangtua dalam keluarga. Maka dari itu, pendidikan sepanjang hayat kiranya sangat tepat dimana setiap orang perlu belajar dalam usia berapapun. Pendidikan orangtua dibutuhkan oleh orangtua untuk memberikan kematangan pemahaman dalam mendidik anak.
Terdapat satu istilah dalam usaha memberikan pendidikan kepada orangtua, yaitu andragogi atau pendidikan orang dewasa. Djudju Sudjana dalam buku Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (2019) mendefinisikan andragogi adalah "ilmu yang membahas pendekatan dalam interaksi pembelajaran antara pendidik dan peserta didik yang berusia dewasa."
Andragogi dapat diproyeksikan untuk memberikan pengetahuan, pemahaman, perubahan sikap, dan keterampilan orangtua. Jika dikaitkan dengan pandemi covid-19 dan bahkan jika suatu saat nanti ada bencana lagi, andragogi sangat diperlukan oleh orangtua untuk memunculkan kesadaran dan pengetahuan betapa pentingnya peran orangtua dalam mendampingi anak yang sedang melakukan pembelajaran jarak jauh. Di samping itu andragogi bagi orangtua dapat membangun kerjasama dan keselarasan antara guru dan orangtua dalam mendidik anak.
Andragogi untuk orangtua dapat prakarsai oleh pemerintah melalui dinas pendidikan atau langsung oleh sekolah. Sekolah dan orangtua sebagai bagian dari masyarakat dapat menjalin kemitraan, membahas program-program yang ada di sekolah dan program yang ada di dalam lingkungan keluarga. Oleh karenanya dalam andragogi didasarkan pada kebutuhan orangtua, tujuan dan pengalaman dalam belajar.Â
Sebagai alternatif, sekolah juga dapat membuka kelas orangtua dan mengundang orangtua siswa. Jumlah pertemuannya pun dapat diatur sesuai dengan kesepakatan antara kedua belah pihak. Sementara itu, sebagai narasumber, sekolah dapat mengundang beberapa pakar pendidikan semisal dari dari guru, Â dinas pendidikan dan perguruan tinggi.