Si virus corona memang tidak tau malu dan menyebalkan. Datangnya yang tidak diundang menyusup ke mana saja sejauh-jauh yang bisa dijangkau.
Semua lini dibabat habis, tidak peduli si kaya dan si miskin, si brengsek dan si baik, si empunya jabatan maupun si rakyat jelata, pokoknya namanya manusia dengan jangkaun kurang lebih satu meter pasti disusupi. Betah banget si mbah virus nongkrong dan jadi parasit di tubuh manusia.
Tidak tahu malunya lagi, si virus corona tanpa permisi menyusup ke berbagai sektor, seperti pendidikan, ekonomi, wisata, dan tidak ketinggalan adalah sektor percintaan. Si virus corona seperti tidak mengenal ampun dan merenggut kemesraan orang yang lagi cinta-cintaan.
Saya jadi berpikir, duhh kasian yang tidak bisa jalan bareng ketika malam minggu. Duhh.. kasian juga yang pasangannya lima langkah dari rumah --seperti lagu-- dipaksa LDR-an. Akan tetapi, pikiran itu saya tepis kembali setelah mengingat  majunya zaman, teknologi sudah canggih, yang jauh bisa terasa dekat.
Gimana romantisme mereka? Gampang, tidak usah dipikirkan. Mereka justru akan lebih romantis lagi dari sebelumnya. Lihat saja Qais dan Laila, cintanya semakin kuat meski tidak direstui. Kerinduan-kerinduannya diungkapkan dalam kata-kata yang puitis.
Begitu juga dengan mereka yang saat ini terhalang si virus corona, kerinduannya tertanam dan akan membuncah ketika bertemu nanti. Semoga saja tidak sampai dipanggil majnun (gila) karena keterasingan.
Si virus corona juga tidak pandang bulu. Bukan hanya yang berstatus pacaran saja yang menjadi sasaran, tetapi yang resmi menikah terkena dampaknya juga. Akibatnya, mereka harus berdiam diri di rumah mengikuti himbauan physical distancing oleh pemerintah. Duhh... Kasihan juga mereka, tidak bisa memadu kasih di luar rumah dengan pergi berlibur.
Jika ada yang berpikir demikian tunggu dulu. Justeru sebaliknya akan lebih romantis lagi ketika di rumah. Bayangkan saja ketika si virus corona tidak singgah di Indonesia untuk sebentar saja (maaf ya bukan mengharapkan, mending jauh-jauh saja kalau disuruh memilih) betapa sibuknya si suami dan si istri bekerja mencari sesuap nasi  hingga lupa caranya bermesraan.
Oleh karenanya, hadirnya si virus corona di satu sisi seperti menjadi berkah kepada si suami dan si istri untuk mengeja lagi kemesraan yang pernah terjadi di masa lalu. Pada masa di mana kata cinta seolah mengenyangkan perut atau dunia dan seisinya serasa milik berdua. Ditambah lagi, hadirnya buah hati menjadi pelengkap kemesraan itu.
Physical distancing yang diberlakukan pemerintah menjadi perekat hubungan keluarga. Si suami dan si istri terlihat kompak dimana pekerjaan yang semula dikerjakan sendiri sekarang dapat dikerjakan bareng-bareng.
Contohnya, aktivitas yang dapat dilakukan berdua seperti memasak makanan kesukaan berdua, mencuci berdua, beres-beres rumah berdua, dan menemani anak bermain serta hal-hal lain yang semula dikerjakan sendiri menjadi berdua. Mengutip kata teman saya, katanya hidup menjadi lebih bermakna di tengah pandemi si virus corona.