Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 21 Februari 2020, kita dihebohkan dengan berita yang datangnya dari kota pelajar, Yogyakarta. Bunyi beritanya, ratusan siswa SMPN 1 Turi, Sleman hanyut ketika melakukan kegiatan susur sungai. Saya yang kebetulan ada di depan televisi sontak kaget mendengar berita itu. Bayangkan saja, ini ratusan siswa bukan dua atau tiga orang yang hanyut seperti kebanyakan kasus.
Perkembangan berikutnya telah ditemukan sepuluh siswa yang meninggal dunia. Saya tidak habis pikir betapa terpukulnya orang tua mereka mendengar kabar dan melihat anaknya telah meregang nyawa. Belum lagi nasib-nasib siswa yang lain, saya yakin mereka mengalami trauma.Â
Lalu siapakah yang salah dalam kasus ini? Yang jelas orang-orang telah menyalahkan gurunya. Lihat saja komentar para netizen di berbagai media sosial atau orang-orang yang membaca dan mendengar kasus ini semuanya berbondong-bondong menodongkan pisau kekesalan dan serapahnya.
Saya pun merasa kesal. Ditanya kepada kepala sekolahnya, jawabannya tidak tahu kalau ada kegiatan. Ditanya ke yang lain, katanya kegiatannya tidak ada di schedule, bahkan siswa pun ada yang baru tahu kalau ada kegiatan susur sungai.Â
Sebagai orang yang pernah bergelut dalam kegiatan di alam bebas (naik gunung, susur pantai, sungai, bukit dan olah raga arus deras; maaf bukan pamer atau sombong) saya menilai ada yang kurang dipahami, yaitu manajemen ekspedisi.
Dalam manajemen ekspedisi semuanya direncanakan dan diatur sedemikian rupa agar  dapat meminimalisir kesalahan. Mulai dari persiapan, pelaksanaan dan pelaporan kegiatan harus dipikirkan dengan baik. Tahap persiapan merupakan tahap yang paling urgen, dimulai dari perencanaan yang kemudian tertuang dalam bentuk proposal. Pada tahap persiapan ini juga yang perlu disiapkan adalah fisik, mental, dan materi.
Dari segi fisik, kita harus memastikan dulu kesehatan kita. Jangan pernah memaksakan untuk ikut berkegiatan ketika dalam keadaan lemah atau sakit, karena dampaknya bukan hanya pada diri sendiri tetapi juga pada tim. Jika memungkinkan lakukan cek kesehatan ke puskesmas atau rumah sakit (kalau mendaki gunung wajib cek kesehatan).Â
Maka dari itu, keterbukaan kepada tim tentang keadaan fisik kita sangat dianjurkan. Tim pun juga begitu, harus memahami kondisi setiap individu, jangan pernah membuli dengan mengatakan lemah dan segala macam.
Kondisi fisik yang sehat harus diikuti dengan mental yang kuat. Dalam kegiatan susur sungai atau kegiatan alam bebas lainnya, setiap individu harus meyakinkan diri sendiri kalau bisa menyelesaikan misi.Â
Misalkan dalam perjalanan ada yang tiba-tiba down, maka yang lain harus membantu dan memotivasi. Tidak boleh merasa gagah sendiri dan egois yang kemudian meninggalkannya seorang diri. Siapa pun itu, entah pembina, guru, maupun senior harus saling membantu.
Persiapan dari segi materi dapat dibagi menjadi dua, yaitu materi dalam bentuk fisik atau barang dan materi dari segi pengetahuan. Materi fisik seperti perlengkapan individu dan kelompok, contohnya sepatu, ransel, jaket dan sebagainya.Â