Mohon tunggu...
lutfi sheykal
lutfi sheykal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Semester Muda

Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta yang sedang belajar untuk menulis sebuah artikel

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ondel-ondel Kini

1 April 2022   16:25 Diperbarui: 1 April 2022   16:27 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nyok.. Kite Nonton Ondel-ondel" sudah tidak asing ketika kita mendengarkan lagu atau seruan tersebut. Pasti yang terbayangkan ialah boneka besar, berwarna merah dan putih pada topeng yang digunakan. Ondel-ondel merupakan sebuah budaya asli dari Jakarta, yang dahulu sebuah boneka dipercaya untuk mengusir roh-roh jahat.

Ondel-ondel dari zaman ke zaman sudah terjadi perubahan kegunaan, dari mengusir roh-roh jahat, pengiring nikah adat Betawi, pajangan di depan gedung-gedung ke pemerintahan yang ada di Jakarta, serta menjadi alat untuk mencari pundi-pundi rupiah. Tak khayal Ondel-ondel kini mempunyai bentuk mini, bentuk mini ini ditujukan untuk para penerus usia dini, agar bisa memainkan atau memperagakan gerakan Ondel-ondel. Serta membuat para penerus ini agar mengenal dan tidak melupakan budaya adat mereka (Betawi).

Ondel-ondel mini yang sedang dipajang di salah satu pembuatan Ondel-ondel di Setu Babakan. Foto: Lutfi Sheykal
Ondel-ondel mini yang sedang dipajang di salah satu pembuatan Ondel-ondel di Setu Babakan. Foto: Lutfi Sheykal

Ondel-ondel terbuat dari sebuah bambu yang di anyam, di bentuk bulat untuk bagian badan ondel-ondel dan di satukan oleh kawat-kawat yang kuat. Di buat berongga di dalamnya agar bisa untuk di gerakan oleh penggerak di dalamnya (manusia).

Peragaan seorang anak laki-laki saat di dalam Ondel-ondel. Foto: Lutfi Sheykal
Peragaan seorang anak laki-laki saat di dalam Ondel-ondel. Foto: Lutfi Sheykal

Ondel-ondel biasa kita temui di jalanan Ibu Kota, tak khayal mereka juga meminta sumbangan untuk kehidupan sehari-hari mereka. Banyak sisi positif dan negatif tentunya. Namun, kita sebagai penerus adat sebaiknya menilai dengan sisi positif, itulah merupakan bentuk pelestarian budaya, bukan penghinaan ataupun melecehkan dari budaya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun