Mohon tunggu...
Lutfi Prayogi
Lutfi Prayogi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Alumnus program Master of Urban Planning The University of Auckland

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Beralih dari Proyek Cijago, Desari, dan Markaswangi

8 April 2016   10:26 Diperbarui: 11 April 2016   08:19 921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelowongan jalan raya akibat peningkatan kapasitas jalan raya membuat semakin banyak pengguna jalan raya yang menjalankan kendaraannya di jalan raya tersebut sehingga menghasilkan kepadatan dan kemacetan jalan raya kembali. 

Selain itu, pengembangan kota yang bertumpu pada peningkatan kapasitas jalan raya juga ditemukan menghasilkan lingkung bangun (built environment) yang tidak manusiawi serta memicu konsumsi sumber daya fosil tak terbarukan dalam jumlah besar.

Pada perkembangan selanjutnya, beberapa kota negara maju telah mengambil langkah revolusioner dengan mengurangi kapasitas jalan raya-nya dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi kota serta menghasilkan lingkung bangun yang manusiawi. 

Seoul pada tahun 2003 di bawah kepemimpinan Walikota Lee Myung Bak menghancurkan jalan layang Cheonggye sepanjang 5 km yang membelah kota Seoul serta membangun ruang terbuka biru dan hijau di area bekas jalan layang. 

Beberapa tahun kemudian kawasan Cheonggye mengalami pertumbuhan kegiatan ekonomi yang signifikan dan menjadi ruang publik yang dinikmati warga Seoul. Setelah puluhan tahun gencar meningkatkan kapasitas jalan rayanya, DKI Jakarta pada 3-4 tahun terakhir di bawah kepemimpinan Gubernur Jokowi dan Gubernur Ahok mengambil langkah progresif dengan menunda pembangunan 6 ruas baru jalan tol layang dalam kota Jakarta. 

Serupa dengan DKI Jakarta, 2-3 tahun yang lalu Surabaya di bawah kepemimpinan Walikota Risma akhirnya membatalkan rencana pembangunan jalan tol tengah kota Surabaya.

Alternatif dari Peningkatan Kapasitas Jalan Raya

Peningkatan kapasitas jalan raya bukanlah satu-satunya cara untuk meningkatan pasokan (supply) sarpras transportasi. Ia juga bukanlah satu-satunya cara untuk mengurangi kepadatan lalu lintas ataupun untuk mengurangi kemacetan di jalan raya. 

Pengembangan kota, termasuk pengembangan sarpras transportasi kota, harus dikembalikan pada hakikat bahwa kota adalah untuk manusia, bukan untuk kendaraan. Sarpras transportasi kota harus mampu memindahkan manusia (dan barang) seefisien dan seefektif mungkin, bukan memindahkan kendaraan.

Satu grup besar alternatif dari peningkatan kapasitas jalan raya adalah pengembangan transportasi umum dan fasilitas pejalan kaki. Grup alternatif lainnya adalah pengendalian penggunaan jalan raya. Perencanaan transportasi kota idealnya dilakukan secara holistik oleh para pakar dan pengampu kepentingan. 

Namun, ketiadaan rencana transportasi kota yang holistik seharusnya tidak menghambat Pemerintah Kota Depok untuk menjalankan alternatif pengembangan sarpras transportasi kota. Saya akan mengusulkan beberapa hal yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun