Mohon tunggu...
Lutfin Amalia
Lutfin Amalia Mohon Tunggu... -

Mari berbagi ilmu :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tak Ngaji Maka Tak Sayang

19 Agustus 2017   06:07 Diperbarui: 19 Agustus 2017   07:07 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Terlintas di benakku tentang kisah kecil di masa lalu, dimana aku sebagai seorang anak berkewajiban untuk menuntut ilmu dan mengaji. Sejak kecil aku selalu dididik oleh orang tua untuk terus belajar dan mengaji. Awalnya aku senang sekali belajar terlebih dalam hal mengaji, mengapa? Mengaji dapat memberikan banyak ilmu tentang dunia dan akhirat, di samping mendapatkan ilmu yang manfaat, aku juga bisa bertemu dengan teman -- teman yang baru.

Waktu berlalu begitu cepat, kini aku sudah duduk di bangku kuliah. Sudah tidak ada lagi aturan dan paksaan dari orang tua, mereka hanya berpesan agar belajar yang giat dan rajin, karna jika aku tidak memotivasi diriku sendiri untuk giat belajar maka aku akan tertinggal jauh dari teman -- teman yang lain.

Saat ini aku tengah menjalani masa KKM di desa sumber buncis kecamatan ampel gading, malang. Penduduk di desa ini sangat ramah dan baik hati, mereka menerima kami dengan senang hati walaupun letaknya yang kurang strategis sehingga cukup menyulitkan kami dalam menjalankan tugas untuk mengabdi di desa ini selama 1 bulan.

Kami dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mengajar TPQ. Aku dan dua orang teman yang lain mendapatkan kesempatan untuk mengajar TPQ Miftahul Huda yang terletak di desa sonowangi. Kalau boleh jujur, sebenarnya aku tidak memiliki pengalaman dalam mengajar TPQ, yang aku takutkan adalah keliru dalam mengajar mengaji dan mereka meniru dan mengikuti kekeliruan yang sudah aku ajarkan kepada mereka. Namun aku bersyukur karena aku memiliki bekal dalam mengaji di TPQ ketika aku masih kecil walaupun hanya sedikit. Dari ilmu itulah aku mengajarkan mereka mengaji, mulai dari huruf, harakat, bacaan, tajwid dan makhorijul hurufnya.

Tempat yang terpencil dan berada di pojokan membuat TPQ ini sulit dijangkau dan diketahui oleh banyak orang. Aku dan dua teman yang lain bersusah payah untuk bisa datang kesana tepat waktu, karena letaknya yang cukup jauh dan kondisi cuaca yang sering hujan membuat jalanan licin sehingga kami sering datang tidak tepat waktu.

Murid -- murid di sana juga sangat senang dengan kehadiran kita untuk mengajari mereka mengaji. Sebelum kita bertiga datang kesana, muridnya hanya beberapa orang saja yang hadir, tetapi ketika kita mengajar mereka sangat antusias sehingga muridnya banyak yang datang untuk mengaji. Kita mengajar disana hanya selama dua minggu saja. Mereka menerima kita dengan senang hati.

Dan lagi, waktu berlalu begitu cepat, tak terasa sudah dua minggu berlalu dan kita pun harus pamit dari TPQ itu. Ketika kita pamit, mereka memasang raut wajah yang sedih. Mereka menyuruh agar kita tidak pulang dan tetap disini. Aku menguatkan diriku supaya tidak menangis di depan mereka, jika aku sedih maka mereka pun juga pasti akan sedih. Jauh di lubuk hati yang paling dalam aku sebenarnya tidak ingin meninggalkan mereka, tapi mau bagaimana lagi waktu kita disini sudah beberapa hari lagi. Akhirnya aku memberikan nomor telfon ke mereka supaya kita tetap bisa saling berkomunikasi satu sama lain.

 Awalnya yang belum kenal masih malu -- malu dan seperti tidak ingin kenalan, tapi sekarang sudah kenal, nyaman dan saling menyayangi satu sama lain harus berpisah. Tidak akan ada kata berpisah jika sebelumnya tidak ada perkenalan. Inilah yang tengah kita rasakan saat ini.

Perpisahan ini bukanlah akhir, tapi perpisahan ini adalah awal bagi kita untuk menuju kesuksesan selanjutnya. See you on top! :')

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun