Rasanya sangat tidak rela malam ini berlalu begitu saja. Berjam jam menantimu dan berakhir dengan pertemuan singkat. Ada rasa yang tak mampu kuungkapkan saat akhirnya kembali ku tatap matamu, walaupun harus ku kumpulkan segenap nyaliku untuk sekedar menatapmu. Matamu, iya tatapan matamu masih sama seperti saat pertama kita berjumpa. Gerak bola matamu seolah bermelodi, melahirkan nada nada penyejuk jiwa. Senyummu sehangat mentari pagi yang membelai tubuhku, melunturkan hawa dingin sisa hujan sore tadi.
Ahhh, apalah arti semua itu, tatapan matanya bukan milikku, senyum itu bukan milikku. Kita sama sama telah memiliki, tapi entah apa yang sebenarnya terjadi, aku selalu merindukannya. Yah, aku selalu bisa memilikimu di dalam hatiku, menempatkanmu di tempat terindah dalam hatiku, hingga tak seorangpun mampu mengusiknya. Tapi, aku tak akan pernah bisa memilikimu dalam kehidupanku, menyamakan ketukan langkah kaki kita untuk melewati waktu yang masih tersisa. Biar ini menjadi rahasiaku, rahasia hatiku.
Simpanlah sedikit pemberianku, hingga kau dapat mengingatku setiap waktu lewat benda itu. Aku tak meminta balasan apapun darimu, karena senyummu sudah lebih dari cukup. Terimalah pemberianku, dan biarkan itu mewakiliku menemani hari harimu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H