Aku tertidur dipelukannya, tak ada yang dapat menggantikan perasaan damai ketika aku ada didekapnya.
Di saat-saat seperti itulah aku merasa dunia nyataku lebih indah dari dunia dongeng hayalku.
Hari mulai berganti, matahari tak malu-malu lagi memancarkan sinarnya. Kilau sinar yang menembus jendela kereta mulai membangunkanku, aku masih ada dalam peluknya.
Kami tiba di kota Bandung, dan dia terus menggenggam tanganku, hingga aku merasa selalu aman bila di dekatnya.
Satu hari penuh kami habiskan untuk menikmati suasana kota Bandung, dan sore itu kami duduk menikmati senja di salah satu sudut kota Bandung. Tak ada yang lain yang ku rasakan selain kebahagiaan.
Tak seperti biasa, tiba-tiba dia menatapku dengan tatapan yang sangat aneh, tatapan yang tidak biasa. Matanya lebih indah dari biasanya, lebi bening dan lebih teduh. Sambil menggenggam tanganku dia bertanya kepadaku ..
"Sayang, bisa ngga kamu hidup tanpa aku? bisa ngga kamu jalani hari-harimu tanpa aku?"
Aku sedikit tertegun mendengan pertanyannya..
"Kenapa kamu bertanya seperti itu padaku? Kamu mau aku tanpa kamu?"
Dia terdiam tak menjawab, dia hanya tersenyum, senyum yang sangat manis.
Tiba-tiba setitik air menyadarkan lamunanku, membuyarkan kenangan masa laluku. Kulihat sekeliling dan kereta ini masih melaju, kereta yang akan membawaku ke kota Bandung, tempat kenangan terakhir kami.