kita berada pada zaman dimana sebuah uang bisa mengalahkan rasa kemanusiaan, betul? jika dilihat, baik dari lapisan paling bawah, sampai paling atas, semua berlomba mencari uang, hanya agar kebutuhanya terpenuhi, atau hanya karena ingin berfoya-foya, faktanya, orang-orang yang "di atas" tadi adalah orang-orang yang takut miskin, loh kok begitu?, ya, seperti yang sudah-sudah banyak ditemukan "tikus" yang berkeliaran didalam gedung mewah dengan fasilitas nyaman untuk berkerja, mereka hanya memikirkan diri sendiri, tidak pernah merasa puas padahal gaji yang mereka dapat "mungkin" sudah membuat mereka merasa tercukupi, mereka terkadang merasa nyaman karena sudah ada "bekingan" yang melindungi mereka dibelakang, jadi membuat mereka leluasa melakukan aksinya, hah? masa sih? ya mungkin tidak semuanya seperti itu, terdapat juga oknum jujur didalam pemerintahan ini, jangan menuduh semua lembaga pemerintahan dengan nada negatif, karena masih ada lembaga yang bersih di negeri ini, percayalah.
baru-baru ini terkuak sudah modus perbudakan yang sangat menggetarkan hati, bagaimana bisa dizaman modern ini masih terdapat praktek perbudakan? ya, praktek ini ternyadi di tangerang, didalam sebuah pabrik yang memproduksi panci, dimana karyawan mereka dipaksa "kerja rodi" dari jam 5 sampai jam 10 dengan waktu istirahat yang sangat singkat, bahkan para pekerja tidak diperbolehkan untuk melakukan ibadah, jika mereka melanggar, mereka akan disiksa oleh mandornya, namun untungnya kasus ini sudah terkuak dan sedang dalam proses, mungkinkah semua ini hanya karena uang?
Sering kita lihat tayangan reportase di televisi yang memperlihat kan praktek ketidak jujuranya oknum pedagan kaki lima maupun oknum penjual jasa di negeri kita ini, banyak dari mereka yang membuat daganganya dengan menggunakan bahan yang selayaknya tidak masuk ketenggorokan manusia, tapi karena tuntutan ekonomi, mereka dengan tanpa rasa bersalah mencampur aduk bahan yang berbahaya, tanpa memikirkan keselamatan konsumen, terkadang terlintas dipikiran saya, "apakah orang tersebut tidak memikirkan perbuatanya? sehingga tega melakukan hal yang seperti itu", miris, tapi begitu lah kenyataanya.
sebenarnya apa sih yang ada dipikiran mereka? apa memang sudah tidak bisa melakukan sesuatu dengan jujur? apakah seputus asa itu? apakah sebuta itu? mengapa tidak mencoba untuk jujur, ketika semua orang jujur, dunia akan terasa nyaman, tidak ada lagi kegelisahan, yang ada hanya senyum tanpa kecurangan yang selalu menyertai negeri ini, penulis membuat ini bukan untuk memfonis negeri kita ini, hanya ingin melampiaskan yang selalu ada dipikiran penulis, jika ada pihak yang kurang berkenan, mohon dimaafkan
"salam UG"
Lutfi kurniawan
54412277
1IA15
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H