Mohon tunggu...
Lutfi Koto
Lutfi Koto Mohon Tunggu... Lainnya - Long life learning - Education
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Always learning - Always education

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Piano Pertama Saya

9 Desember 2022   11:46 Diperbarui: 9 Desember 2022   12:48 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saya berhasil membelinya.

Tak ada guna. Dia telah pergi selamanya. Masih ingat dalam memori. Kami bertiga harus pindah ke daerah kecil di Yuan. Ayah sebagai tenaga mekanis dapat promosi tapi harus menerima kalau resikonya keluar negeri. Satu tahun kami berpisah dan akhirnya ibu memutuskan untuk pergi menyusul ayah. Perjalanan Padang-Beijing yang antusias sekaligus menakutkan.

Hari pertama saya menginjak tanah china. Bahasa yang sulit bahkan sampai sekarang sangat sedikit yang bisa saya ingat. Dalam benak saya pasti sangat asing dan memuakkan utk tak mengerti bahasa mereka. Perjalanan dari bandara ke hotel sangat menyedihkan. Kami ditipu sopir taxi dan sengaja ditinggal pergi dijalanan. Perut lapar dan menangis. Kak Rani bahkan pingsan ketakutan. Pengalaman terburuk yang pernah saya alami seumur hidup. Beruntung ada seorang ibu paruh baya yang mau membantu kami. Beliau lancar berbahasa Inggris dan bersedia membantu kami ke tempat kerja ayah. Ayah yang waktu itu terbaring sakit tidak bisa menjemput kami di bandara.

Setibanya di rumah yang disedikan perusahaan ayah, saya tidak terkejut melihat darah babi mengalir disamping perbatasan rumah. Tetangga mengadakan pesta dan memotong babi sebagai hidangan utama. Saya sudah diingatkan agar tidak terlalu cultural shock melihat apa yang terjadi.

Empat hari di Yuan, akhirnya ayah sembuh dan mengajak kami liburan di sekitar kota. Menyenangkan karena saat itu bertepatan dengan hari raya imlek. Ayah yang fasih berbahasa mandarin memotivasi saya untuk belajar bahasa china. Ketakutan saya mulai menipis, masyarakat yuan tidak seburuk yang saya bayangkan. Meski sebagian ada yang jutek, sebagian lagi ada yang ramah dan memiliki selera humor yang baik. Saya bahagia sekali.

Melewati toko musik, kak Rani ingin sekali membeli piano. Saya tahu persis karena kak rani pernah bilang dia akan kerja paruh waktu agar bisa membeli piano, alat musik favorit kak rani.

Menyedihkan saat uangnya terkumpul, piano yang ingin dibeli baru saja dibeli oleh orang lain. Kak rani kaget karena piano itu satu-satunya yang tersedia di toko tersebut. Dia menangis histeris meminta pemilik toko agar menjual piano itu kepadanya. .....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun