Mohon tunggu...
Lutfi Hadi Nugroho
Lutfi Hadi Nugroho Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Sastra Perancis, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

UNNES GIAT 9: Pelatihan Branding Anyaman di Desa Bakalrejo

31 Juli 2024   15:56 Diperbarui: 31 Juli 2024   16:03 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu potensi kewirausahaan masyarakat Desa Bakalrejo terletak pada pembuatan kerajinan anyaman bambu yang diolah menjadi berbagai alat berguna dan bernilai jual. Kerajinan anyaman merupakan salah satu kerajinan yang telah lama berkembang turun temurun di daerah Bakalrejo, terutama Dusun Dolog dan Karangkepoh. Pada awalnya, kerajinan ini lebih banyak memproduksi perabotan rumah tangga tradisional, seperti besek, tampah, tempat kukus, dan lain-lain, dan sekarang adapun kerajinan lidi untuk sangkar burung.

Desa Bakalrejo dipilih sebagai lokasi pelaksanaan UNNES GIAT 9 karena desa ini memiliki potensi yang besar, tetapi masih menghadapi berbagai tantangan dalam berbagai aspek, salah satunya adalah ekonomi.  Produk anyaman ini biasa dijual pengepul yang diedarkan ke Semarang dan Solo. Akan tetapi, terbatasnya kreativitas membuat harga jual produk tersebut sangat rendah, yakni Rp 500-800 per besek. Padahal proses pembuatan besek membutuhkan keuletan dan waktu yang lumayan panjang. Oleh karena itu, salah satu permasalahan yang ada menjadi fokus perhatian mahasiswa UNNES GIAT 9 untuk berusaha meningkatkan daya jual, salah satunya dengan melakukan promosi atau branding melalui media sosial dan e-commerce.

Mahasiswa UNNES GIAT 9 memberikan pelatihan branding anyaman dengan menggunakan Shopee sebagai bentuk pemanfaatan secara maksimal penggunaan teknologi informasi. Para pengrajin diajarkan cara membuat toko, katalog produk, dan penjualan di Shopee. Shopee dipilih karena ini menjangkau pasar yang luas sehingga produk anyaman diharapkan dikenal luas. Setelah itu, pengrajin diajarkan kreasi produk karena inovasi produk di era sekarang lebih dibutuhkan agar dapat bersaing di pasar. Bentuk kreasi produk ini adalah pewarnaan besek dan cara packaging yang menarik karena besek tidak hanya dimanfaatkan sebagai wadah nasi, tetapi juga bisa untuk lainnya, seperti Hampers, kado, dan sebagainya. Bagian terakhir adalah foto produk untuk katalog toko di Shopee. Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan pengrajin dapat terampil sehingga nilai jual produk dapat meningkat sehingga kesejahteraan pengrajin dapat meningkat.

Bersama UNNES GIAT, Membangun Indonesia dari Desa

TIM  UNNES GIAT 9 Desa Bakalrejo, 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun