Semua orang tua menginginkan dan mengharapkan anak yang sempurna yang kemudian bisa menjadi penerus di keluarganya. Namun, tidak semua keinginan orang tua agar anaknya sehat dan normal dapat terpenuhi. Beberapa orang tua bahkan memiliki anak berkebutuhan khusus. Salah satu bentuk defisiensi atau kelainan adalah kecacatan perkembangan seperti autisme.Â
Istilah autisme telah menjadi topik yang hangat diperdebatkan di masyarakat. Autisme adalah gangguan pervasif yang mencakup gangguan dalam komunikasi verbal dan nonverbal, interaksi sosial, perilaku, dan emosi.
Tidak mudah bagi orang tua untuk menghadapi kenyataan bahwa anaknya mengidap autisme. Awalnya orang tua bingung karena orang tua tidak mengerti autisme, ada juga orang tua yang kesal dan disalahkan karena salah paham terhadap gangguan autis.Â
Sebenarnya ada banyak cara yang dapat membantu orang autis untuk menyesuaikan diri, namun peran orang tua adalah yang terpenting. Karna "Guru pertama seorang anak adalah orang tuanya" Â maka sebagai orang tua, kita harus bisa menerima sepenuhnya kondisi anak yang terdiagnosis autisme.Â
Tapi masalahnya sering kali orang tua menyerahkan tanggung jawab mendidik anaknya yang mengidap autism kepada lembaga terapis profesional. Lebih dari itu sebenarnya bentuk peran yang diharapkan dari orang tua dalam melakukan terapi adalah menyediakan waktu untuk terapi dengan anak, mematuhi pola makan, memberikan pengertian dan membangun kerjasama dengan saudara lainnya, menambah pengetahuan tentang autisme, menjalin komunikasi dengan terapis tentang pembelajaran. anak-anak buat kemajuan, baca buku kontak, konsisten dan ikuti program terapi di rumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H