'Stay at home' merupakan salah satu program pemerintah dalam meminimalisir penyebaran virus Covid-19 yang berdampak besar bagi masyarakat. Tidak hanya para pekerja, bahkan pelajar pun dipaksa belajar mandiri di rumah menggunakan sistem daring. Hal ini membuat banyak murid sekolah dasar mengeluh tentang materi pelajaran yang tidak mereka pahami, belum lagi tugas yang diberikan guru terkadang minim penjelasan.
Usia sekolah dasar merupakan usia dimana anak gencar-gencarnya menjadi ilmu pengetahuan, menyerap banyak informasi dari lingkungan. Apabila pengajaran berkurang, murid sekolah dasar akan dengan mudah mencari jawaban tugas yang diberikan guru di internet.Â
Namun, dengan cara ini murid akan menjadi kurang dalam berpikir kritis dan tidak berusaha mencari tau sesuatu, apa yang tidak mereka pahami ketik saja di situs pencarian dan jawaban akan muncul dengan sendirinya, mereka akan merasa apa yang mereka perlukan ada di internet tanpa perlu berusaha lebih dalam memecahkan masalah baru.
Program kerja KKN dari mahasiswa Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), yaitu pendampingan belajar, dimaksimalkan guna membantu murid-murid sekolah dasar di lingkungan tempat tinggal masing-masing. Selama masa pandemi ini, guru dan murid sekolah berkomunikasi melalui Whatsapp atau Google Classroom dalam penyampaian tugas dan materi.Â
Mahasiswa yang ikut melaksanakan KKN melakukan pendampingan belajar dari rumah ke rumah untuk membantu belajar murid-murid sekolah dasar, baik menerangkan materi pelajaran, maupun dengan membantu mengerjakan tugas dari guru.
Sekali mendayung, dua pulau terlampaui. Melalui program kerja ini, tidak hanya murid sekolah dasar yang mendapat manfaat, tapi mahasiswa pun mendapatkan pengalaman yang berharga. Desa Tosari Kendal merupakan salah satu desa dimana program kerja KKN ini dilaksanakan. Berikut merupakan dokumentasi program pendampingan belajar yang dilaksanakan oleh Lutfianto, mahasiswa Teknik Mesin UPGRIS.
