SISWA PANDAI DAN BERBAKAT NAMUN KURANG BERPRESTASI (UNDERACHIEVER) DAN SOLUSI BIMBINGANNYA
Lutfiana Dewi Safitri
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, Jalan Mayor Sujadi Timur No. 46 Tulungagung
ABSTRAK
Sebagian besar guru menyampaikan bahwa siswa pandai dan berbakat namun tidak berprestasi pada dasarnya dapat melakukan hal yang lebih baik daripada melakukan hal yang mereka lakukan pada saat pembelajaran.  Berdasarkan yang disampaikan oleh guru siswa padai dan berbakat namun tidak berprestasi sering menampakkan dirinya sebagai siswa yang malas, bosan dalam pembelajaran, tidak tertarik dalam belajar, memberotak dan menampakkan dirinya sebagai siswa yang menjengkelkan. Siswa pandai dan berbakat namun tidak berprestasi (Underachiever) cenderung mejunjukkan prestasi meraka yang kurang, karena mereka tidak mendapatkan tantangan yang dapat mengasah potensi yang  mereka miliki dalam belajar. Oleh karena itu, orang tua dan guru memiliki peran penting dalam hal ini untuk menunjukkan siswa pandai dan berbakat namun tidak berprestasi (Underachiever) memiliki potensi baik dalam bidang akademik.
Kata Kunci: siswa underachiever, potensi siswa, prestasi siswa, bimbingan belajar
PENDAHULUAN
Bimbingan belajar adalah kegiatan pembelajaran tambahan yang diberikan kepada siswa untuk memperdalam pemahaman siswa dalam suatu pelajaran. Dalam kegiatan bimbingan belajar tentu diingankan keberhasialan dan tujuan kegitan bimbingan belajar tersebut tercapai. Tercapainya keberhasilan dan tujuan bimbingan belajar dapat diartikan dengan meningkatnya pemahaman siswa, yang awalnya kurang memahami menjadi mengerti dan lebih paham. Setelah pemahaman siswa yang meningkat, tujuan selanjutnya adalah prestasi siswa. Â Potensi siswa menjadi tolak ukur keberhasilan belajar siswa.
Kemampuan siswa dalam pembelajran memiliki hungungan yang kuat dengan prestasi siwa yang diperoleh. Tingkat kemampuan dianggap sebagai tolak ukur dan penyebab utama tinggi atau rendah prestasi yang didapatkan siswa. IQ atau kemampuan atau intelegensi memiliki korelasi sangat signifikan dengan prestasi belajar. Oleh karena itu, siswa dengan tingkat kemampuan tinggi seharusnya mempunyai prestasi yang tinggi pula sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa. Namun, hal tersebut tidak semata-mata benar, karena pada kenyataannya ada siswa ber-IQ tinggi namun kurang berprestasi atau dapat disebut dengan berprestasi kurang (underchiever).
Menurut Dalyono (2005: 258) Underachiever adalah anak yang memiliki taraf intelegensi yang tergolong tinggi, akan tetapi prestasi belajar yang dicapainya tergolong rendah (di bawah rata-rata). Siswa underachiever seharusnya dapat menunjukkan prestasi belajar yang sesuai dengan kapasitas inteligensi yang dimilikinya karena salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah inteligensi. Pada kenyataannya siswa menunjukkan catatan prestasi yang kurang baik di sekolah. Sangat disayangkan bila ada siswa yang memiliki potensi intelektual bagus namun tidak dapat meraih prestasi belajar seperti seharusnya.
Underchiever adalah masalah yang cukup kompleks dalam dunia pendiidkan. Ada dua faktor terkait yang mempengaruhi perstasi belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dalam belajar, yaitu faktor-faktor yang berasal dari diri individu itu sendiri meliputi intelegensi atau kemampuan, kepribadian, kecerdasan, bakat, motivasi, metode belajar, serta sikap dan kebiasaan belajar. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal daari luar diri individu, yaitu pergaulan,pengaruh teman sebaya, lingkungan, keluarga, sekolah, dan masyarakat
Berkaitan dengan karakteristik siswa Underchiever Kaufan (trevallion, 2008) menyatakan bahwa siswa Underachiever menunjukkan diri dalam dua arah perilaku yaitu perilaku agresif atau menghindar. Mereka sering mengatakan bahwa kegiatan belajar di dalam kelas tidak menarik karea itu mereka lebih tertari pada kegiatan di luar kelas.
Karakteristik lain dari siswa Underachiver yang dinyatakan oleh Rimm (1986:2) mengenai buruknya kehlian dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah, kebiasaan belajar yag tidak baik, memiliki masalah adaptasi dengan teman sebaya, tiak fokus dalam aktivitas pembelajaran, mudah bosan, memiliki kemampuan berbahasa oral yang baik, namun buruk dalam hal menulis, sibuk dengan pikiran sendiri, sering mengritik diri sendiri, suka bercanda di kelas, ramah dengan yang lebih tua, dan berperilaku tidak  biasa.
Gejala-gejala ini seringkali menimbulkan banyak permasalahan di dalam bidang pendidikan. Hal tersebut hendaknya ditanggulangi agar tidak mengganggu individu itu sendiri maupun orang di sekitarnya. Maka dari itu, diperlukan usaha nyata dalam menanngulangi berkembangnya masalah siswa uncerchiever.
Pengembangan potensi siswa dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan mengacu pada komponen utama pembelajaran, yaitu kurikulum program pendidikan dan proses pembelajaran. Proses pembelajaran adalah wadah untuk  mewujudkan pengembangan potensi siswa, karena didalamnya terdapat aktivitas pembelajaran yang digunakan untuk memfasilitasi siswa dalam mencapai pengembangan yang optimal.  Media, model dan pendekatan pembelajaran perlu diperhatikan agar siswa menjadi lebih tertarik dalam belajar, sehingga potensi siswa berkembang sesuai dengan yang diharapkan.