Selalu tegang ketika melihat wakil indonesia bertanding, apalagi yang dihadapi unggulan dari negara lain, darah terasa naik dan jadi panas dingin. Pada gelaran bulu tangkis China Open Super Series Premier 2016, saya selalu menunggu penampilan ganda putra muda indonesia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo. Pada babak semifinal, lewat layar kaca Kompas TV saya bisa menyaksikan langsung bagaimana Marcus/Kevin beraksi di lapangan menghadapi unggulan 1 dari Tiongkok Chai Biao/Hong Wei. Game pertama dimenangkan pasangan Tiongkok 21-16, saya seperti kehilangan harapan Marcus/Kevin bisa memenangkan pertandingan, tapi harapan muncul ketika game kedua saat Marcus/Kevin bisa meraih angka 20 lebih dulu, semakin tegang saat lawan bisa menyamakan angka menjadi 20-20.Â
Suhu badan jadi naik, mata enggan berkedip, duduk tak tenang, berdiri gak nyaman, hadeewwhh poinya sama lagi.. sama lagi... Emosi semakin tak tertahan ketika Marcus/Kevin bisa mencapai angka 25, dan aaaaaa... tanganku mengepal keatas dan berjingkrak, yesss menang 26-24. Saya semakin yakin Marcus/Kevin bisa melaju ke final meski di game ke tiga, poin mereka selalu tertinggal, dan benar saja akhirnya mereka bisa menyudahi perlawanan pasangan Tiongkok dengan poin 21-19. Sayang sekali pada babak final saya tidak bisa menyaksikan permainan cantik Marcus/Kevin mengalahkan pasangan senior Denmark (Mathias Boe / Carsten Mogensen) karena pemadaman listrik, tapi lumayan masih bisa menyaksikan Owi/Butet memenangkan pertandingan melawan pasangan baru Tiongkok Zhang Nan/Li Yinhui.
Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, merupakan pasangan ganda putra muda indonesia yang memiliki permainan agak unik (berbeda dari pasangan ganda lain), postur tubuh mungil justru menjadi kelebihan mereka. Kevin memiliki jurus 'terbang sambil melancarkan smash' dan Marcus dengan gaya loncat indahnya, sering membuat lawan kebingungan bagaimana mematikan permainannya. Marcus/Kevin sering tidak mempan dengan smash-smash keras dan tajam, lawan sepertinya sudah yakin bola akan mati, tapi eeehhh ternyata masih bisa dikembalikan dengan cara yang tidak terduga, sehingga lawan terkecoh. Rasanya tidak berlebihan jika kita mengatakan Inilah pengganti Hendra/Ahsan, meski pada awalnya pasangan Angga Pratama/Ricky Karanda Suwandi yang digadang-gadang akan meneruskan prestasi Hendra/Ahsan.Â
Sampai saat ini di tahun 2016, Marcus/Kevin sudah mengoleksi 4 gelar juara (1 gelar grand prix gold, 2 gelar super series dan 1 gelar super series premier). Meski permainan mereka belum sempurna dan masih sering melakukan kesalahan sendiri, saya yakin saat ini bukanlah puncak kejayaan mereka, grafik masih akan terus naik dan puncaknya diharapkan pada olimpiade 2020, Marcus/Kevin bisa mempersembahkan medali emas untuk indonesia. Semoga prestasi Marcus/Kevin bisa menginspirasi dan melecut semangat di nomor lainnya, mengingat belum berkilaunya nomor tunggal putri dan tunggal putra. Sementara di sektor ganda putri belum terlihat prestasinya yang bisa dijadikan calon pengganti Greysia/Nitya, serta sektor ganda campuran yang belum menemukan pasangan yang bersinar calon pengganti Owi/Butet, meski ada pasangan Praveen/Debby yang tidak stabil penampilannya.
Oyaa... selamat buat Marcus/Kevin dan Owi/Butet yang berhasil meraih juara pada gelaran China Open Super Series Premier 2016 dan membawa indonesia sebagai juara umum, serta membuat Tiongkok sebagai tuan rumah tanpa gelar juara.Â
Terimakasih yaaa... buat Kompas TV yang selalu menayangkan gelaran kompetisi bulu tangkis dunia, sehingga saya dan masyarakat indonesia bisa menyaksikan perjuangan wakil indonesia di pentas dunia.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H