Dewasa ini kompleksitas permasalahan sosial semakin tinggi, tidak hanya persoalan kesenjangan ekonomi dan sosial tetapi juga ketimpangan di berbagai aspek seperti lingkungan, energi terbarukan, perdamaian dll.Â
Berbagai permasalahan yang muncul di abad 21 tersebut menyebabkan PPB menetapkan SDGs pada September 2015. Pembangunan berkelanjutan ini membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat termasuk masyarakat pendidikan.
Pendidikan dan pembelajaran adalah salah satu sarana pewarisan budaya yang harus dikemas sesuai dengan perkembangan jaman dan kebutuhan masyarakat.Â
Melalui kegiatan inilah kita dapat membelajarkan dan membiasakan generasi penerus bangsa untuk terampil secara akdemik, profesonal, dan sosial. Proses ini tentu saja membutuhkan waktu yang tidak singkat dan perencanaan yang matang serta partisipasi aktif dari berbagai stakeholder.
Dalam perencanaan yang matang salah satunya adalah menggunakan pendekatan multidimensional dan interdisipliner. Kedua pendekatan ini sebenarnya sudah popular di kalangan ilmuwan sejak beberapa dekade lalu.Â
Namun, belum familiar digunakan di jenjang sekolah formal karena beberapa alasan antara lain antara lain kurikulum, penyusunan perangkat, dan ketersediaan sumber belajar. Kesulitan ini semakin bertambah ketika pembelajaran harus dilakukan secara daring selama pandemi yang berlangsung hampir dua tahun ini.
Padahal implementasi kedua pendekatan tersebut dalam proses pembelajaran memiliki beberapa keuntungan yaitu menumbuhkan lifelong learning skills, kepedulian terhadap manusia dan lingkungan, dan kemampuan problem solving berlandaskan kepekaan sosial.
Kepekaan sosial sederhananya adalah kemampuan seseorang untuk bereaksi secara cepat dan tepat terhadap objek atau situasi sosial tertentu yang ada di sekitarnya. Kepekaan ini diharapkan mampu menumbuhkan kreatifitas dalam pemecahan masalah seperti masalah lingkungan, penanganan perubahan iklim, produksi dan konsumsi yang bertanggungjawab, kemiskinan, kesetaraan, perdamaian dll.
Proses menumbuhkan kepekaan sosial untuk pemecahan masalah ini dapat dilakukan dengan merancang materi pembelajaran lintas disiplin ilmu yang dianalisis dari berbagai sudut pandang.Â
Misalnya penggunaan teori-teori sosial budaya dan humaniora dalam proses pembelajaran rumpun ilmu-ilmu sosial seperti sejarah, sosiologi, geografi, ekonomi dll. Kegiatan ini dirancang mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H