MonkeyPox merupakan penyakit yang kerap kita dengar akhir-akhir ini. Penyakit ini sebenarnya sudah lama ditemukan yaitu sejak tahun 1958, yang mana pertama kali ditemukan pada monyet yang sedang diteliti. Namun, sekarang bermutasi hingga menyerang langsung pada manusia (zoonosis). Seiring dengan berkembangnya kasus MonkeyPox ditemukan bahwa penyakit ini dapat ditularkan antar manusia. Virus MonkeyPox menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Indonesia khususnya untuk dapat menekan penyebaran virus ini agar tidak masuk dan menyebar luas ke Indonesia. Gejala yang ditimbulkan dari penyakit ini yaitu hampir sama dengan cacar air bahkan lebih ringan. Seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan. Adapun bedanya dengan cacar air adalah kalau pada MonkeyPox ini dapat menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening, sedangkan pada cacar air tidak.
Penyebaran virus ini teridentifikasi mulai muncul kembali pada 18 November 2022, CDC melaporkan sebanyak 80.328 kasus terkonfirmasi mpox yang menyebabkan 53 kematian di 110 negara, dimana sebanyak 79.355 kasus terjadi di daerah yang belum pernah mengalami mpox. Mpox menyebar melalui kontak dengan lesi kulit, cairan tubuh, benda-benda yang terkontaminasi dari orang atau hewan yang terinfeksi. Melihat perkembangan dan penyebaran virus ini yang sangat luar biasa, dikhawatirkan penyakit ini dapat menjadi wabah penyakit yang susah dikendalikan. Pengobatan untuk penyakit ini juga belum ditemukan, hingga akhirnya dalam pencegahaan penyebaran virus ini diperlukan vaksin.
Vaksin mpox dapat memberikan perlindungan pada tingkat tertentu terhadap infeksi dan penyakit berat. Dalam pemberian vaksin ini tetap harus menerapkan perilaku hidup sehat, seperti selalu mencuci tangan, menjaga makanan tetap bersih dan sehat, menjaga kebersihan barang-barang dan lingkungan sekitar kita. Kewaspadaan ini diperlukan karena pembentukan kekebalan memerlukan waktu beberapa minggu setelah vaksinasi dan karena beberapa orang mungkin tidak merespons vaksinasi. Bagi orang yang mengalami mpox setelah vaksinasi, vaksin tetap melindungi terhadap penyakit berat dan kebutuhan akan rawat inap. Hasil dari penelitian efektivitas vaksin mengindikasikan bahwa vaksinasi memberikan tingkat perlindungan yang baik terhadap mpox.
Adapula vaksin-vaksin yang direkomendasikan oleh WHO untuk digunakan terhadap mpox. Penelitian bertahun-tahun telah memungkinkan pengembangan vaksin-vaksin yang lebih baru dan lebih aman untuk penyakit cacar, yang telah dimusnahkan. Di berbagai negara, beberapa vaksin ini telah disetujui untuk digunakan terhadap mpox. Saat ini, WHO merekomendasikan penggunaan vaksin MVA-BN atau vaksin LC16, atau vaksin ACAM2000Â jika kedua vaksin-vaksin lain tidak tersedia. Hanya orang-orang yang berisiko (misalnya, orang yang pernah berkontak erat dengan orang yang mengalami mpox, atau orang yang tergolong dalam kelompok berisiko tinggi terpapar mpox) yang sebaiknya dipertimbangkan untuk divaksinasi. Vaksinasi massal saat ini belum direkomendasikan.
Berdasarkan hal tersebut, membuktikan bahwa vaksin memiliki perlindungan yang baik dan efektif menjadi salah satu upaya pencegahan virus ini. Bahkan belum ditemukan obat yang spesifik untuk penyakit ini. Obat-obatan yang diberikan pada pasien hanya bersifat suportif untuk menangani gejala. Misalnya, apabila pasien mengalami demam, maka pihak medis akan memberikan obat untuk demam. Begitu juga dengan pemberian obat nyeri dan gatal yang akan diberikan jika pasien mengalami gejala tersebut. Pencegahan sangat diperlukan. Namun, dalam hal ini kita tidak boleh hanya mengandalkan vaksin sebagai satu-satunya pencegahan penyebaran virus mpox. Perlu adanya kesadaran pada diri masing-masing untuk terus menjaga kesehatan dan kebersihan sekitar.
KATA KUNCI : Cacar, Efektif, Monyet, Pencegahan, Vaksin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H