Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…haii teman-teman pembaca semuanya,semoga teman-teman selalu diberikan kesehatan lahir dan batin. Salam sejahtera dari saya. Btw ini pertama kalinya saya menulis di blog ini, karena sebelumnya saya belum pernah sama sekali menjamah dunia tulis menulis.oke teman-teman disini saya akan membahas sedikit tentang suku samin yang ada di Bojonegoro. Yappp kalian pasti sudah tidak asing lagi dengan kota Bojonegoro.Bojonegoro adalah salah satu kota yang berada di wilayah Jawa Timur, kota ini dikenal dengan sebutan kota Ledre.
    Bojonegoro memiliki tambang minyak terbesar di Indonesia,dan Bojonegoro juga merupakan kota penghasil padi terbanyak karena sebagian besar masyarakat yang bekrja di sektor pertanian. Bojonegoro juga mempu ya banyak sekali tradisi dan tarian tradisional yang sampai saat ini masih di lestarikan, salah satunya yaitu tari Thengul. Tari ini pernah memecahkan rekor MURI dengan jumlah penari sebanyak 2.500 penari. Dan ketika HUT RI yang ke 71 kemarin Presiden Jokowi mengundang para penari Thwngul untuk menari di Istana Negara untuk mempertontonkan kekayaan budaya Indonesia.
    Bojonegoro memiliki banyak sekali tempat wisata dan budaya-budaya tradisional yang masih dilestarikan hingga saat ini. Karena banyak masyarakat yang menganggap bahwa kebudayan tradisional ini harus tetap di jaga dan dilestarikan karena meskipun dunia sekarang yang semakin maju, karena ini merupakan tradisi turun-temurun dari nenek moyang kita dan sebagai bentuk kita menghargai mereka walaupun mereka sudah tiada lagi.
Nah disini kita akan masuk inti dari pembahasan artikel ini yaitu tentang suku samin yang masih ada di daerah bojonegoro. Pasti kalian akan bertanya-tanya tentang apa sih suku samin itu? Mengapa suku tersebut masih ada? Apa mereka menganut agama islam atau apa? Saya akan sedikit mengulas tentang suku samin disini.
    Apa itu Suku Samin?? Suku Samin atau yang biasa disebut dengann Orang Samin adalah salah satu Suku yang masih ada di daerah Bojonegoro. Suku samin merupakan suku keturunan para pengikut Samin Surosentiko yang mengajarkan sedulur sikep,atau sebuah ajaran yang mengajarkan tentang pengetahuan kearifan lokal dan interaksi dengan alam. Masyarakat samin tersebar di wilayah Blora Jawa Tengah dan di Bojonegoro Jawa Timur. Masyarakat samin yang ada di Bojonegoro ini bertempay di Desa Jepang,Kelurahan Margomulyo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro.
    Dengan keunikan yang dimiliki oleh suku samin ini, mereka hidup dengan terus bergegas tanpa ada hambatan dalam hidup. Kendati tinggal di daerah yang berada di wilayah pedalaman, namun mereka dikenal kritis terhadap kondisi sosial di sekitarnya. Suku samin ini memiliki sifat yang jujur dan saling membantu. Meskipun mereka hidup di pedalaman dan aman dari pencurian, karena mereka mengedepankan sifat jujur antara individu satu dengan individu yang lainnya. Antara satu dengan yang lain adanya sikap saling menghormati, menghargai, dan saling terikat persaudaraan. Yang menarik dari suku samin adalah mereka menolak kuat untuk berdagang,karena menurut mereka berdagang dapat menimbulkan ketidak jujuran antara individu yang akan menyebabkan perpecahan diantara mereka. Salah satu ajaran Sedulu Sedikep ini mengatan ’’jangan mengambil apapun yang bukan hak milik kita’’
    Suku samin ini juga mempunyai sikap saling mebantu, karena orang samin ini memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi. Apabila ada tetangganya yang kesusahan,orang samin akan berbegas menawarkan bantuan seolah-olah mereka juga merasakan kesusahan yang di derita tetangganya. Karena menurut orang samin tanpa adanya bantuan tetangga kita juga tidak bisa berbuat apa-apa karena kita hidup ini bertetangga tidak sendiri,jadi kalau ada yang kesusahan maka kita wajib membantunya.
    Orang samin bekerja sebagai petani karena mereka memegang teguh untuk tidak berdagang maka orang samin ini lebih memilih untuk bertani. Tanah ibarat ibu bagi orang samin, yang membuat saya kagum mereka bercocok tanam seperlunya saja,dan mereka juga tidak mengenal istilah eksploitasi alam karena mereka bercocok tanam bukan untuk memenuhi kepuasan mereka. Bagi mereka cukup untuk makan sehari-hari saja.
    Orang samin menolak untuk mebayar pajak kepada Belanda dan Jepang karena memiliki alsan yang logis. Menurut mereka sangat janggal jika kita harus membayar pajak karena mendiami wilayah kita sendiri. Dan lebih malang lagi,bahwa hasil pajak tersebut akan di kuasai oleh para penjajah Belanda dan Jepang. Namun saat indonesia sudah merdeka orang samin terkenal sebagai warga negara yang baik karena mereka rajin membayar pajak.
Dari cerita diatas dapat kita ambil hikmahnya yaitu sebagai umat manusia yang beragama dan berpendidikan seharusnya kita bisa lebih dari apa yang sudah dilakukan orang samin tersebut. Sebagai makhluk sosial kita juga harus saling membantu apabila salah satu dari kita ada yang kesusahan dan taat peraturan negara. Cerita diatas berhubungan dengan nilai pancasila yaitu sila ke-3 ‘’Persatuan Indonesia’’ bahwa apapun dapat kita lakukan jika kita bersatu dan berusaha. Sekian artikel dari saya, apabila ada yang kurang bisa berikan saran di kolom komentar. Terimakasih
wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
- salam lutfia
#dzikir,fikir,amal sholeh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H