Bacharuddin Jusuf Habibie atau dikenal dengan sebutan eyang Habibie adalah tokoh nasional yang sangat berpengaruh dalam sejarah perjuangan dunia terutama Indonesia. Eyang memiliki kemampuan luar biasa yang Allah berikan dalam berfikir. Beliau mampu mengembangkan hasil temuan yang semula belum sempurna pada crack pesawat.
Pare-Pare adalah kota kelahirannya, 25 Juni adalah tanggal kelahirannya, 1936 menjadi tahun awal bagi beliau menjajakan sejarah bagi dunia. Sejak kecil beliau sudah dibekali ilmu yang cukup, bukan hanya ilmu dunia saja, namun ilmu agama pula. Sehingga tak heran putra dari pasangan Raden Ajeng Tuti Martini Puspowodjojo dan Alwi Abdul Jalil Habibie ini sudah fasih membaca Al-Qur'an di usia 3 tahun.
Kebiasaan dari kecilnya yang sering membaca buku dan dikenal sangat cerdas ini menjadikan beliau semakin pandai dalam membuat buku setelah dewasa.
Salah satu buku bersejarah yang ditulis oleh beliau langsung ini mengisahkan catatan harian Habibie hingga menjabat sebagai Presiden RI, menggantikan Soeharto yang mundur pada 21 Mei 1998.
Ilmu agama yang tersalurkan melalui ayah sudah mengakar kuat dalam dirinya. Terlihat pada buku yang terdiri atas 549 halaman ini terutama pada halaman 96 paragraf terakhir menjelaskan betapa mulianya ayah beliau hingga wafat pada posisi sujud.
Ini yang membuat saya terkagum pada sosok Habibie. Bukan hanya soal dunia saja yang harus kita kuasai, tetapi juga soal akhirat kita harus perbaiki. Beliau pun mengatakan bahwa ketakwaan harus sejalan dan dibarengi dengan ilmu. Mereka tidak dapat dipisahkan.
Selain itu, buku ini pun berisikan betapa tanggung jawabnya beliau. Seperti saat beliau ditelpon 20 Mei 1998 oleh sekretaris negara bahwa esok Soeharto akan mundur menjadi presiden, beliau bertanggung jawab memenuhi panggilan tersebut.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H