Mohon tunggu...
Lutfah NurFitriyani
Lutfah NurFitriyani Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Lutfah

Tidak terbang saat dipuji, tidak tumbang saat dihina

Selanjutnya

Tutup

Film

Kritik Film "Dilan 1990"

16 Februari 2020   11:54 Diperbarui: 16 Februari 2020   11:57 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Sebagian besar remaja pasti sudah tidak asing lagi dengan film Dilan 1990, mungkin kalian juga telah menontonnya baik di bioskop maupun di televisi karena kini sudah beberapa kali film tersebut ditayangkan di televisi. Saat pertama kali menonton film ini, menurut saya film ini memiliki banyak kekurangan dan kelebihan.

Saat mendengar kata "Dilan", pasti kalian langsung terbayangkan sosok yang romantis karena memang film ini menceritakan tentang kisah 2 orang pelajar SMA satu sekolah yang awalnya tidak saling mengenal dan akhirnya pacaran. Dalam agama Islam jelas sekali bahwa pacaran itu dilarang dan dari film ini mungkin ada orang-orang yang awalnya tidak ingin berpacaran menjadi ingin berpacaran, itu salah satu dampak negatifnya.

Terlepas dari hal itu karakter badboy Dilan dalam film ini juga tidak patut dicontoh,  Dilan memiliki geng motor dan ia menjadi panglima tempur dalam tawuran. Ia juga sering bolos sekolah, melawan guru, dan selalu mengedepankan emosi dalam memecahkan masalah. Selain Dilan ada juga Milea, dalam film ini karakter yang melekat pada keduanya adalah  bucin  yang merupakan istilah jaman sekarang yang berarti budak cinta.

Pasti kalian tau bagaimana perhatian mereka terhadap satu sama lain dan ada scene dimana Milea mencium tangan Dilan saat akan pergi meninggalkan rumah layaknya suami istri. Ini sangat tidak patut dicontoh oleh remaja karena memang belum waktunya untuk melakukan hal-hal seperti itu.

Selain itu ada juga kelebihan dalam film ini, yaitu kesan tahun 90-an pada film tersebut tergambarkan dengan baik terlihat dari pakaian yang digunakan oleh masing-masing pemeran, rumah-rumah gaya 90-an, dan filter kamera yang digunakan juga sangat mendukung untuk menggambarkan kesan 90-an. Selain kisah percintaan Dilan dan Milea, film ini juga memperlihatkan kisah persahabatan masa SMA yang pasti akan kita kenang selalu. Kedekatan tokoh dengan keluarganya juga sangat patut dicontoh karena bisa membuat kita lebih harmonis dengan keluarga kita.

Oleh karena itu, kita harus dapat memilah dan memilih film yang setelah kita selesai menontonnya dapat  membuat diri kita menjadi pribadi yang lebih baik dan ada pelajaran yang dapat kita ambil. Bukan yang hanya dapat mneghibur diri kita, tetapi sebenarnya tidak ada pengaruh positf setelah menontonnya bahkan mungkin dampak negatif yang kita dapat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun