Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rekam Jejak yang Dahulu, Predator Berbahaya dan Sebelum Hancur Lebur

21 November 2024   20:51 Diperbarui: 22 November 2024   05:42 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah-kisah yang ada dalam dalam pusi ini.

Bagian 1:

Tidak pernah terpikir untuk menyerah kalah. Tidak pernah mau jatuh pada kejatuhan. Namun tanpa aba-aba ada kebisingan yang membuat hati gentar dan cemas. Rekam jejak yang dahulu kembali mencuat dalam ringkas ingatan.

Pagi ini, pagi di tanggal sembilan bulan kedelapan. Kenapa dan kenapa kenapa harus terjadi lagi? Kebisingan memberikan krisis. Kebisingan dari predator berbahaya, tidak pernah akan mengalah, keras. Kembali kepada patah. Kesejahteraan lepas, lelah menyergap tubuh. Untuk apa bertahan alih-alih tidak bahagia. Seperti ada jurang yang tak tersebrangi untuk kata damai sejahtera.

Ada lingkaran depresi, hanya keterpaksaan sampai mati barangkali. Predator berbahaya memangsa, merumitkan hidup hanya dengan masalah dan masalah. Ternyata hanya kemalangan dan mampus yang ada. Masih terlalu panjang sisa hari ini, bersetubuh dengan sepi dan ketidaktenang teduhan. Menjadi mainan mungil untuk lelaki dan perempuan itu, kenapa harus merelakan diri terhadap hal itu?

Predator berbahaya mengisahkan kisah kelam, memberi rasa pahit. Ini lebih pahit dari sekedar kopi pahit tanpa gula. Pagi ini menawarkan sarapan dengan kegaduhan dan keributan dalam kepala. Ingin membunuh duka. Dikecewakan terlalu banyak oleh khianat. 

Selamat pagi, borgin. Nga golap hian hari on. Sudah terlalu lelah, dengan diri sendiri saja tidak selesai bagaimana mampu menghadapi orang lain. Entah akan seperti apa akhir dari duka ini. Andigan do Tuhan, sae duka na balau on? Godang hian na parbelak di portibion.

Bagian 2:

Sebelum ini, merasa baik-baik saja, padahal menjadi pengusik yang berbahaya. Ketika ada getaran telepon, disetubuhi kesenangan hingga berakhir pada video call yang berulang, membicarakan hal konyol hingga berakhir pada pembicaraan sampah. Rasanya seperti ada kupu-kupu dalam perut yang menggelitik menimbulkan tawa bahagia walau ternyata itu hanya tawa palsu. 

Sebelum hancur lebur pada Agustus hari ke tiga belas, masih terbahak-bahak bercerita kebodohan.  Dan akhirnya, ditikam luka yang ternyata  sangat-sangat membinasakan. Terlalu memohon cinta, berharap pada harapan bodoh.  Satu siang pada suatu hari, mungkin bisa saja kembali tapi apakah tempat untuk berpulang adalah seseorang yang pernah disebut rumah. Teruskah mau menjadi kalah, menjadi gelisah, menjadi mengerikan hanya untuk sejarah masa lalu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun