Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Monster Mengerikan dalam Perempuan Itu

18 Agustus 2024   13:08 Diperbarui: 18 Agustus 2024   13:23 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan mudahnya perempuan itu meminta maaf, sangat-sangat menjijikkan. Melupakan segala taburan yang jahat. Sudah banyak yang rela terluka demi perempuan itu. Tapi tidak harus untuk kembali bersama, kenapa dan kenapa, kenapa harus kembali? Ada monster mematikan dalam perempuan itu. Air mata palsu. Banyak mata telanjang yang melihat dan menonton atraksi palsu perempuan itu, terlalu berkamuflase.

Sungguh ingin melihat perempuan itu patah dan hancur berkeping. Lebih baik barangkali perempuan itu di bumi hanguskan. Selamanya ada jurang yang tak terseberan. Selalu terengah-engah hampir tiga dasawarsa menghadapi perempuan itu. Terhadap perempuan itu, lebih baik menjadi ranting yang patah dan seperti kali yang habis airnya, karena monster dalam perempuan itu adalah monster mengerikan dan mematikan pihak yang dibuat menderita. 

Lantas, jika perempuan itu tidak bahagia, apa harus juga tidak bahagia? Tidak juga barangkali.

Perempuan itu adalah masa lalu yang sangat berisik, yang seharusnya tidak menjadi masa depan. Lebih baik berhenti hari ini, minggu ini, bulan ini dan tahun ini. Berharap tidak ada lagi waktu-waktu bersama dengan perempuan itu.

Karena,mau sampai berapa lama lagi, perempuan itu menjadi tokoh utama diartikel perjalanan para korban yang terbunuh oleh perempuan itu? Hidup ini sungguh usil memang, bahkan untuk menertawakan hidup ini saja rasanya ingin mati, benar-benar mati.

Monster mematikan dalam perempuan itu apakah kamu bisa sembuh? Mustahil sepertinya, terlalu terlena dan terbuai untuk menikmati hidup yang baik-baik saja tanpa memperduli apa konsekuensinya. Terlalu sulit ada kata maaf untuk perempuan itu. Seperti terik pada siang hari, ada panas yang membara yang sulit padam untuk perempuan itu.

Perempuan itu adalah diksi yang mematikan, diksi seharusnya yang tidak pernah ada. Ya, seperti Ular berbisa yang memiliki racun, ditangkap dan dibakar dalam api. Jadi abu tanpa sisa.

***

Rantauprapat, 18 Agustus 2024

Lusy Mariana Pasaribu 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun