Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sembuh Lalu Kembali Bersama

16 Agustus 2024   08:21 Diperbarui: 16 Agustus 2024   09:00 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa harus selalu berpura-pura? Menjenuhkan jika terus seperti ini .

Lebih sudah seribu hari selalu merimbunkan telinga untuk kebodohan-kebodohan yang akan didengar. Apa merasa merdeka terhadap yang kamu lakukan? 

Tadinya mengira kamu adalah jawaban dari doa-doa yang disampaikan, ternyata kamu merayakan bersama pasangan yang kamu pilih. Dan yang paling menyakitkan setelah merayakan itu tidak ada perpisahan yang pasti. Dan hampir satu dasawarsa masih merayakannya dengan kesendirian.

Pernah nyaman, akan menjadikan rumah dan menjadi tujuan akhirnya menjadi patah. 

Di sini, siapa yang paling bersalah. Hampir satu dasawarsa ini terkadang masih ada rasa rindu itu, diam-diam jadi pencuri hanya untuk menikmati dan melihat postingan dan wajah kamu, seseorang di masa lalu. Mengelikan memang. 

Mau sampai berapa lama lagi salah paham. Seolah bisa sembuh lalu kembali bersama. Bukankah terlalu sakit untuk menyirami halaman rumah yang bukan halamanmu. Untuk apa lagi merayakan ke pura-puraan. Jangan memaksakan sembuh untuk kembali bersama yang pada akhirnya hanya menuju hancur. 

Ah, sialan. 

Seringkali mengucapkan jangan patah tapi yang ada benar-benar patah. Sudah hampir satu dasawarsa, masih saja di tempat yang sama, ini tentang cinta atau hanya obsesi. Jika ini tentang cinta, kenapa sulit untuk mengikhlaskan. Sembuh lalu kembali bersama, tidak harus selalu seperti itu jika memang bukan itu jawabannya.

Sejujurnya dan sebenar-benarnya kamu tidak menjadi bagian romantisme dari rayuan yang ada di artikel utama yang pernah diharapkan.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun