Ternyata aku tidak pernah ada dalam daftar itu, itu hanya ekspektasiku belaka. Bulan pertama hari kesembilan dan hari kesepuluh, setelah jeda tiga tahun, hari ini kejujuran terbuka, menyakitkan sekali. Januari efek yang ternyata sangat berefek.
Lama bertanya-tanya dalam hati, nah setelah terungkap yang sebenarnya, damn aku malah mengutuk diri ini sendiri, bisa-bisanya aku menjadi pohon yang tidak riap tumbuhnya. Memberikan hati, kepercayaan, ternyata sejak awal tidak pernah dianggap.
Aku perempuan naif yang mengejar cinta dan harapan, menulis puisi puisi cinta yang ternyata hanya omong kosong. Aku ingin bersamamu, kalimat yang bisa membuat jatuh dan luluh. Asu!
Malam ini bahkan setelah hari berganti, aku mengumpati diriku sendiri, aku gagal memvalidasi kenyamanan yang kurasa, aku lesap dari kesadaran. Hari ini, ada sepotong kisah yang harus usai yang benar-benar usai.Â
Terima kasih kamu, kejujuran malam ini menyadarkanku siapa aku. Dan benar seperti kamu kata, aku memang menangis dan aku tidak bisa membendung air mataku atas kejujuran yang kamu ucapkan. Tapi setidaknya itu sudah membuatku lebih lega dan pikiran-pikiran itu tidak lagi mengganggu kepalaku.
Aku adalah perempuan yang terlalu gagu menerjemahkan perasaan yang terlanjur singgah dan ditawarkan oleh kenyamanan dari kamu, itu adalah kesalahan yang pernah kubuat. Bagiku itu tetap adalah kesalahan manis yang pernah kurasakan, setidaknya karena kamu aku pernah merasakan huru-hara karena cinta.Â
Ini adalah Januari yang penuh efek bagiku malam ini.Â
***
10 Januari 2024//Lusy Mariana Pasaribu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H