Harusnya aku tidak menangis dan berduka karenamu?
Tak ada angin Utara dan Selatan yang bertiup di kebun hatiku karenamu, entah apa yang mesti kulakukan tiba-tiba kamu kembali dan mengganggu malamku?
Apakah kamu melihat susahku?
Apakah aku boleh marah dan kecewa?
Ingatan dan harapan terhadapmu, kini membuatku bingung. Kamu bukan kampung halamanku, tapi kamu ku jadikan pekerjaan rumahku. Aku pernah melukis jejak kehidupan dan kamu ada di dalamnya, konyol.
Kesehatan mentalku pun terusik, gagal melindungi diri dan perasaanku. Damn, pada dasarnya memang kekonyolanku, tidak akan pernah ada nama di antara aku dan kamu.
Malam ini, aku harus menepikan rindu tak bernama yang mengusik perasaanku.
Kamu adalah kebisingan yang aku biarkan ada, yang aku kira pernah menganggap aku ada dan penting. Itu hanya omong kosong, mendengarkan uneg-unegku saja kamu enggan.
Apa kamu pernah melihat susahku? Jawabannya pasti tidak.
Terlalu rumit dan membingungkan.
***
Rantauprapat, 12 Agustus 2023
Lusy Mariana Pasaribu