Damn, hari ketiga belas bulan keenam tahun dua ribu dua puluh tiga, sejarah yang dahulu kembali terulang. Dahulu suram, hari ini menjadi suram yang kembali. Rasa sakit itu mengangga lebih dalam. Aroma masa silam yang pernah terkubur tlah hidup dan menjadi lebih besar.
Kata-kata belaka hanya mengeringkan tulang, hati sungguh memberontak tidak lagi menjadi berani. Ada perpisahan hari ini, klise, dari dahulu sebenernya pun tlah berpisah.
Hanya kepura-puraan. Hujan di bulan juni. Hujan yang mengguyur dengan dahsyat. Ini adalah suram yang kembali. Krisis kesadaran. Mencipta kehancuran diri, tidak merdeka dalam banyak hal. Sudah dipeluk dalam doa malah kebablasan dalam liar.
Malang, ikatan yang membumi hanguskan. Tak ada kebahagiaan hari ini, hilangnya jejak cinta. Kepalsuan belaka. Yang terlihat hanya wajah-wajah duka.Â
Ibarat sebatang pohon tua yang tak lagi menghasilkan apa-apa, yang telah layu dan akan mati namun masih saja memberikan rasa susah dan lelah jika dipelihara. Bak kerumunan hujan, terasa mematikan.
Dekapan masa lalu hari ini terulang dan menjadi babak baru yang tak berujung hingga kematian terjadi. Berharap ada kematian yang terjadi, ironisnya. Seorang pria angkuh, seorang perempuan tersakiti, ilalang yang tumbuh di chapter hari ini. Manusia yang kesetanan dan setan yang ada di nafsu manusia.
Bagaimana melewati sisa malam ini?
Terpaksa mengajak mata untuk tidak terlelap, lantas bagaimana selanjutnya? terlalu takut menghadapi kenyataan. Apakah aroma masa silam yang terbuka di setengah perjalanan tahun ini mampu terselesaikan atau malah lebih suram.
Duka, luka, dan masih sangat lelah.
Hujan marah dan benci masih meracau hingga malam-malam begini barangkali juga hingga tengah malam atau fajar menyingsing. Hidup ini terlalu suka mengusili. Entahlah.
Boom, ledakan besar terjadi.
***
Rantauprapat, 13.06.2023
Lusy Mariana PasaribuÂ