Perempuan itu merasa dia spesial, mendapatkan pembelaan yang terlalu. Menjijikkan. Tak tau malu. Relasi yang salah.
Cuaca panas yang ekstrem melanda diri, saya mengalami akhir bulan yang basah. Karena perempuan itu, ada rasa duka yang terjadi. Banyak elegi yang timbul.
Kenapa dan mengapa perempuan itu menjadi ikatan? Bapak ibu pun memberikan tempat yang tidak seharusnya. Menjaga kewarasan terhadap perempuan itu, ah. Menyesakkan. Berulangkali kericuhan timbul sebab perempuan itu. Ia juga menyampaikan secara tertulis bahwa ia seseorang yang sakit mental. Ambigunya, perempuan itu tidak sakit mental ketika mencicipi makanan enak dan menerima duit. Hahahaha, lucu bukan.
Saya, perempuan itu dan elegi adalah kisah hari ini. Tidak ada cinta untuk perempuan itu tapi bapak ibu selalu memberi cinta. Ironisnya. Yang menjadi luka duka, saya gagal bersikap bodo amat terhadap perempuan itu.
Ah, hidup ini terlalu asyik mengusili. Penuh drama dan sandiwara.
***
Rantauprapat, 30 April 2023
Lusy Mariana Pasaribu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H