Self healing, berharap ada. Kesejahteraan pun menjadi. Sulit memahami kalimat 'bahagiakan dulu dirimu sendiri, baru bisa bahagiakan orang lain'. Sering tidak bisa lakukan itu, biarkan bullying dapati diri demi tenang teduh yang lain.
Demi kebaikan perempuan itu, kamu meredam ego, kembali berada di neraka kata-kata. Akankah ada belas kasih di wujudkan, berharap untuk itu.
Kamu terluka.
Hujan di bulan Agustus, bisakah tidak hanya menjadi hujan air mata? Malam ini perempuan itu masih berkali-kali tidak bisa berhenti menangis. Terlalu takut melihat yang akan terjadi. Apakah tabu memberi maaf terlebih dahulu? Perempuan itu bertanya pada diri sendiri.
Merdeka untuk memaafkan dan dimaafkan, titik tamu yang disemogakan. Balada etika yang tidak seharusnya mampu menjadi pembunuh karakter. Kekecewaan yang tidak tersampaikan. Ketika kasih sayang dikalahkan nafsu amarah.
Lembah dan hutan sakit hati akibat ucap yang dilontarkan, tidak buat hancur berkeping. Perempuan itu ingin kamu menghidupi bahagia, walau sebenarnya tidak mudah.
Ini cerita perempuan itu hari ini, sungguh ingin yang disemogakan terjadi hari esok. Amin. ada pertanda baik bagi hati.
***
Rantauprapat, 15 Agustus 2022
Lusy Mariana Pasaribu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H