Ingin berhenti
Namun tak kunjung terealisasi
Bukankah tak ada cara yang benar untuk melakukan hal-hal yang keliru
Berulang kali perempuan itu bertanya
Berulang kali pula, hanya diam yang diterima
Apakah tak pernah terpikir, bagaimana hari perempuan itu jika kebenaran terkuak?
Kenapa harus membiarkan diri koma pada kelemahan
Aku rindu, Â itu katamu pada perempuan itu
Sementara sudah jelas tak akan pernah bisa bersama, kamu acuh, tidak peduli, yang penting kamu dapatkan apa yang kamu mau. Kamu ternyata pencuri yang berkedok baik, penjahat yang berbahaya
Malangnya, perempuan itu bodoh
Penerimaan yang diberikan, melululantakkan perasaan. Sudah terlalu banyak yang hilang. Sudah berusaha, juga sudah banyak jeda yang terjadi, lagi-lagi perhentian perempuan itu belum menemukan titik. Jatuh dan jatuh lagi, sebab tak mendapatkan penerimaan yang diharapkan, membiarkan diri menjadi korban kebodohan
Kehilangan kembali terulang.
Mau sampai kapan kita seperti ini?
Perempuan itu bertanya
Sampai tidak lagi bertemu, bisa dipastikan yang memberi akhir dari kekeliruan bukan perempuan itu, walau sebenarnya tidak pernah ingin.
Mengerikan
Tak ada tujuan yang terjadi
Tak akan berujung pada kepastian
Namun tetap kalah, malu bersuara
Penyesalan yang tidak termaafkan
Kalimat yang pernah ditulis perempuan itu, memerdekakan hati sendiri itu penting, itu hanya kalimat omong kosong. Karena itu tidak dihidupi perempuan itu.