Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kisah Cinta yang Ganjil

30 Maret 2022   19:07 Diperbarui: 30 Maret 2022   19:08 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perempuan itu pernah berlaku terlalu berani. Kehilangan gaung suara hati. Kesadaran yang bersembunyi. Merasa merdeka mencintai. Lupa, sengaja melupa tuaian yang akan terjadi. Perempuan itu sudah kalah karena dia, dia dan dia. Kisah cinta yang ganjil buat ia menjadi pembunuh, pembunuh karakter untuk diri sendiri. Binasa yang mencelakakan pun seolah silent partner perempuan itu.

Demi mencari kenyamanan, penerimaan, perempuan itu menjadi cadas penuh hasrat.
Tak ada ketegasan sejak awal. Cinta dan kesetiaan saja sudah tergadai kala bermain-main dengan kemalangan.

Diawali dengan kekeliruan, bukan berarti harus diakhiri dengan kesalahan yang menerus. Perempuan itu sadar diri. Pernah bukan berarti kalah. Ya, selama bumi masih ada, selama masih bernafas, ia harusnya berbalik. Kisah cinta yang ganjil tak boleh lagi buat perempuan itu, menari dalam kata apa lagi huruf-huruf mati. Perang dunia antar hati dan pikiran. Lebih baik ia menjadi camar yang sendirian ketimbang berdua, menerima simfoni indah tapi berujung duka kehancuran.

Sudah.
Perempuan itu sudah merasa lelah dengan formalitas yang tlah dilakukan.

Kisah cinta yang ganjil itu ternyata penuh tipu daya. Harus dihentikan. BERAKHIR. Langkah perempuan itu tidak lagi harus terhambat. Tidak lagi harus kehabisan daya, kehabisan tenaga. Di sini, perempuan itu yang punya kuasa. Ia harus dan benar-benar harus menguasai diri dalam berbagai-bagai dosa yang merayu.

***
Rantauprapat, 30 Maret 2022
Lusy Mariana Pasaribu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun