Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Berakhir sebagai Daun Jatuh

10 Februari 2022   00:00 Diperbarui: 10 Februari 2022   00:02 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan aku, seperti puing-puing. Berakhir sebagai daun jatuh. Kering, murung, sunyi, ibarat kelabu yang punya warna kusam. Akibat ingin dimengerti, diterima, diharapkan, ternyata itu hanya angan-angan. Kenapa hati terlalu payah.

Hu, lagi aku seperti pohon Anggur yang tidak riap tumbuhnya. Tersesat di hutan sendu. Lesap dari kata-kata bermakna.

Ini cinta atau cinta yang diduga semata.
Tak ada waktu bersama, tak pernah berjalan-jalan berdua, tak ada helaian kenangan indah secuil pun.
Formalitas latar belakang, kalau pun terjadi pertemuan.

Seharusnya aku tidak mengenal kamu, terbukti kamu seseorang yang tidak memiliki nama. Entah ada rahasia besar apa dengan itu sehingga aku tidak merdeka untuk tahu. Adalah baik jika aku tetap kesepian, mencumbui malam seorang diri ketimbang dengan kamu yang hanya membutuhkan kehadiranku di saat-saat luang.

Luruh dalam harapan yang tidak berhak kuharapkan. Kamu pemecah rekor dari pendahulu yang sudah singgah di hatiku untuk kategori penasihat ulung dan pemain hati terbaik yang menabur lara duka.

Bagaimana kamu melakukan itu?

Bolehkah aku belajar untuk itu? Terkadang ingin. Aku berdukacita, aku seorang perempuan yang diam-diam jatuh cinta pada cinta yang nyatanya telah berdua. Ya, lagi, lagi, dan lagi gagal menerjemahkan rasa yang hadir. Ada yang berkata, cinta tak pernah salah, menurutku, itu tidak benar. Seharusnya aku tidak jatuh cinta pada cinta yang telah sepasang.

Akhirnya, aku berakhir sebagai daun jatuh.
Menjadi sisa.

***
Rantauprapat, 09 Februari 2022
Lusy Mariana Pasaribu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun