bulan pertama hari kesebelas. Setelah pertemuan itu, kurun waktu dua tahun ini, dua kali seminggu anda menemui saya, menanam pohon harapan yang dirimbuni kenangan manis. Saya pikir, anda memang tulus, tergoda dengan penerimaan yang anda tawarkan.
Pertemuan pertama saya dengan anda,Saya mencoba dan berusaha membaca bahagia bersama anda. Bersusah payah untuk menjaga kesehatan perasaan, menggilai hal yang tidak terduga sebelumnya.
Dengan anda, saya menjadi liar. Tidak terkendali. Berkompromi pada banyak hal. Sedari awal saya tahu bahwa mencintai anda adalah kesalahan, namun hati yang tidak hati-hati ada dalam diri.
Ternyata saya bukan rumah bagi anda, anda sudah memiliki rumah juga halaman yang luas. Ada pula pohon-pohon yang ditumbuhi banyak buah. Sial dan brengsek! Â Penyesalan yang tidak termaafkan, yang tidak bisa lagi disesali.
Seperti lagu penyanyi pop Indonesia, bagaimana kalau aku tidak baik-baik saja? Itu yang saya alami belakangan ini. Tidak baik-baik saja, dan anda tetap tidak peduli. Anda sudah mendapatkan apa yang dimau.
Anda pemain hati terbaik yang pernah saya kenal. Memberi huruf-huruf mati tak bermakna, mengeringkan tulang. Saya kecewa, sangat ingin berlari, tak lagi berpangku pada anda. Buat apa terus menuju anda, hanya sisi luka yang tercipta.
Hey, belum terlalu terlambat bukan untuk saya menyelesaikan segala urusan dengan anda. Saya harus merdeka dari anda, segala hal mengenai anda.
Saya harus memilih berhenti untuk mencintai anda.
***
Rantauprapat, 08 Februari 2022
Lusy Mariana Pasaribu
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI