Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan Itu dan The Power of No

5 Oktober 2021   19:07 Diperbarui: 5 Oktober 2021   19:29 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: @kulturtava

Lagi-lagi perempuan itu menangis. Jatuh pada kekeliruan. Sebelumnya, ia sudah kehilangan berkali-kali demi kebaikan anda. Menutupi kesalahan demi kesalahan. Dan hari ini yang anda perbuat malah rasa sakit. Membuat perempuan itu tidak merdeka. Menghempaskan perempuan itu pada kesedihan. Karena anda, perempuan itu rela terperangkap dalam jerat pada lingkaran-lingkaran anda yang lain.

Lima Oktober tahun pertama perempuan itu dengan anda, tahun pertama untuk kejadian yang sudah terlalu lama terjadi. Bosan, lelah. Tersesat dan kehilangan. Seperti titik-titik yang tidak menemukan titik. Sejarah dahulu kembali terulang. Masa kecil yang menakutkan. Anda seperti monster yang memberikan dampak jera.

Perempuan itu ingin menjadi perempuan dewasa yang bertumbuh. Ingin berhenti dan tidak lagi nakal. Namun ada saja yang menjadikan itu gagal. Tekanan, rayuan, ketidakpenerimaan, penolakan. Ah, entahlah. Rekam jejak yang anda tinggalkan itu, sudah buat perempuan itu alami kematian.

Tidak ada cinta hari ini. Yang ada hanya rasa sakit. Penyesalan yang tidak termaafkan. Pertemuan dan tamu yang tidak pernah direncanakan  berakibat kesalahan yang berulang. Pertemuan yang ambigu, ada kebahagiaan ada pula luka yang buat kepala pusing. Tidak bisa berhenti, tidak bisa atau tidak mau? Perempuan itu tidak merdeka untuk memberi jawab. Mau sampai kapan dan berapa lama lagi? Penolakan anda menjerumuskan perempuan itu. Seperti Ikan yang terperangkap dalam jerat yang mencelakakan.

Kesunyian menenggelamkan perempuan itu. Andai waktu bisa diulang. Andai yang tidak akan pernah terjadi. Mungkinkah harapan yang disemogakan perempuan itu akan menjadi nyata. Benarkah perempuan itu adalah perempuan yang diinginkan atau hanya tempat bermain dan persinggahan di kala luang? Apakah patah hati akan diderita seorang diri oleh perempuan itu?

Hal yang seharusnya mudah untuk perempuan itu, kini seakan menjadi sangat sulit. Anda sudah memberi rasa sakit yang tidak akan terlupa, sekalipun ingin lupa atau pura-pura lupa. Bahayanya perempuan itu masih mau dipeluk anda.
Ini akibat tak hati-hati dengan hati. Bukankah sudah terlampau banyak kebodohan demi kebodohan yang perempuan itu lakukan bersama anda.

Entah akan menjadi seperti apa, anda dan perempuan itu? Entahlah. Anda datang dan menawarkan rasa, rasa yang sungguh-sungguh rasa atau rasa yang dikira-kira karena hasrat semu.  Move on dan the power of no, akankah itu ada di kamus perempuan itu untuk anda?

Jadi, perempuan itu belum tahu sudah bisa berhenti dari anda atau belum!

***
Rantauprapat, 05 Oktober 2021
Lusy Mariana Pasaribu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun