Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sketsa tentang Ketidakpantasan dan Perempuan Itu

24 Agustus 2021   19:07 Diperbarui: 27 Agustus 2021   06:07 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tak pernah menjual sesuatu yang salah. Pria dewasa itu tega melukai kepercayaan perempuan itu. Bukankah tidak benar, melakukan diskriminasi di balik kata terima kasih. Sejarah yang dahulu kembali terulang pagi tadi. Sketsa yang suram lalu lalang di benak perempuan itu. Yang ada hanya ketakutan. Sentuhan itu menjijikkan.

Usapan tangan pria dewasa itu seperti sengatan listrik yang mematikan.  Ada ketidakpantasan yang ia alami. Dari pria itu, perempuan itu menerima kebencian.

Di manakah hati nurani?

Bibir perempuan itu mengumpat dan mengucap sumpah serapah. Bibir yang entah sengaja atau tidak, telah dijatuhi noda. Ia benci keterbatasannya. Bercinta saat ia tak ingin melakukan. Perempuan itu berpikir, apakah ia seperti perempuan murahan. Mudah bagi pria dewasa memberikan sentuhan, andai itu dari pria dewasa yang bukan siapa-siapa. Lah ini, pria dewasa itu adalah pria yang harusnya menjaga perempuan itu.

Dan lagi, perempuan itu menyalahkan diri sendiri. Berjalan dalam kegelapan. Menjadikan hari seperti burung yang terperangkap dalam jerat yang menghancurkan. Mempertanyakan tentang identitas diri, tentang hubungan darah.

Dengan alasan yang pasti, perempuan itu telah kalah dan hujan dengan suka rela menyapa. Hidup yang penuh misteri menyatakan kekejaman hari ini pada perempuan itu. Ah, sungguh malang bukan.

***
Rantauprapat, 24 Agustus 2021
Lusy Mariana Pasaribu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun