Untuk perempuan itu,
Ah, dia marah, kecewa dan berantakan.
Lupa pada kebenaran. Saat dosa itu merayu lagi, dia menikmati waktu bersama kemalangan. Dia kalah pada kenyamanan semu. Mengalah pada dosa.
Perempuan itu jatuh pada persinggahan yang salah. Menawarkan luka yang menyakitkan untuk diri sendiri. Dia sekarat, tunduk tanpa memberontak. Berulang-ulang menikmati waktu luangnya pada hasrat yang menggoda. Sebuah kisah tentang kekalahan perempuan itu. Sungguh-sungguh payah dan angkuh.
Dia sedang merana. Detik, menit, jam, dan hari ini sebuah kisah tentang kekalahan ada pada perempuan itu. Sore ini hujan jatuh, bernada tangisan. Kekalahan ini terlalu berat untuk dia, namun apa daya. Dia rela tersesat di hutan sendu demi lapisan kebodohan. Kembali terjaga. Malu dan penuh umpatan. Mencampakkan kesadaran. Memusuhi sesuatu yang tak seharusnya dilakukan. Dasar bodoh.
Sebuah kisah tentang kekalahan. Memperkosa makna hidup yang benar hari ini. Dilumat jerit keegoisan. Menebar kekacauan. Menimbulkan badai dan mematikan. Perempuan itu bersengketa pada hasrat yang bukan milik dirinya sendiri. Menjelma debu, tak merasakan keteduhan pun kedamaian.
Perempuan itu kembali diam, terlelap dalam duka.
***
Rantauprapat, 24 Maret 2021
Lusy Mariana Pasaribu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H