Lama perempuan itu dalam kecemasan. Mengkhawatirkan sesuatu yang jelas tidak menambah sehasta apa pun dalam hidup. Lesu karena keluh kesah. Menambah kedukaan sebab pelihara patah hati.
Jatuh pada ratapan yang menggoda.
Dan, ada kebahagiaan yang terasa pada perempuan itu. Dalam bulan yang ketiga, bulan kelahiran perempuan itu, ada kesadaran yang bertamu di kepala perempuan itu.
Ia merasa memiliki tahun kemurahan dari Sang Pemberi Hidup. Perempuan itu dalam pemeliharaan Tuhan. Ia terkadang ragu pada masa depan. Tapi masa depan yang sebenarnya, ia pun tak tahu.
Sebab sesungguhnya, yang perlu perempuan itu lakukan adalah percaya dan melakukan bagian dengan benar. Selalu merindu pengharapan yang benar. Tidak lagi mencumbui dosa yang merayu bahkan terjerat dalam waktu yang malang.
Saat kemudian, gandum yang ada di hati perempuan itu menjadi lalang. Harusnya ia miliki self awareness, dan tidak merasa seperti gelembung dan kupu-kupu yang hilang kendali.
Malam ini, perempuan itu ingin menghidupi bahagia. Berharap kebahagiaan akan benar-benar menjadi bagian dalam hidup. Ia ingin mampu untuk mencairkan keterasingan di antara hati dan nalar.
Perempuan itu berkata : aku berjanji perempuan, akan berusaha mencintai diriku sendiri dengan segala keberadaan, keterbatasan dan keberterimaan. Hingga pemeliharaan Tuhan yang sudah perempuan terima, akan terus bergelora dan meluas pada dalam keindahan.
Karena berada dalam pemeliharaan Tuhan, adalah berkat yang berlimpah bagi perempuan itu.
***
Rantauprapat, 02 Maret 2021
Lusy Mariana Pasaribu
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI