Ini cerita tentang rumah kita.
Rumah kita yang dahulu sebenarnya bukan rumah kita.
Kini, aku menyaksikan sendiri kemurahan Tuhan. Rumah kita telah benar-benar menjadi rumah kita. Tempat kita berbagi kisah dan membangun banyak harapan.
Februari, menjadi bulan kasih sayang yang melengkapi kenangan rumah kita. Di sini, di Rantauprapat. Hari kedelapan belas dan kesembilan belas bulan kedua, yang kita semogakan menjadi nyata.
Ini rumah kita, rumah yang semakin tidak membuat kita bersekat. Rumah yang tidak menjadi aroma penghapus kenangan, rumah (tempat) yang tak berkhianat pada harap. Rumah kita adalah kampung halaman tempat pulang dan sesuatu yang bisa termiliki.
Ada perasaan bahagia tentunya. Dan aku tak bisa melupa atas kejadian yang bernama kemurahan Tuhan untuk rumah kita. Ketakutan demi ketakutan yang menghantui sebelum ini, akhirnya terpatahkan.
Rumah kita. Rumah impian yang di dalamnya ada banyak cinta. Cinta orang tua, cinta anak bahkan cinta saudara. Ini cerita buat kita. Banyak senyawa yang sudah/akan tercipta dari rumah kita.
Hari ini dan saat itu. Hari ini adalah saat di mana, kita benar-benar hidup di rumah kita. Saat itu, saat kita melukiskan banyak harapan bahagia untuk rumah kita. Rumah kita di bangun atas nama cinta. Kini, kita sudah menghidupi cinta itu.
Syukur dan terima kasih kuucapkan pada Sang Maha Sempurna atas kemurahan yang boleh kusaksikan untuk rumah kita.
***
Rantauprapat, 19 Februari 2021
Lusy Mariana Pasaribu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H