Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kenapa Layu?

16 Februari 2021   19:07 Diperbarui: 16 Februari 2021   19:07 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Dalam kemalangan, perempuan itu sudah kehilangan damai sejahtera. Mau tak mau, ia bertahan dalam sunyi. Di selasar sepi, ia menjadi layu. Kenapa layu? Lagi-lagi kesengajaan ia rasakan. Gandum itu memberi ketidakadilan. Tatap hampa yang penuh ratapan. Ia ingin mati. Tak berhasrat bahkan tak bergairah.

Apakah perempuan itu akan terus seperti ini? Kenapa layu? Kenapa harus berbeda? Perempuan itu juga ingin berbahagia. Hidup rasanya telah berkabar, bahwa perempuan itu memang berbeda. Lantas, mengapa ketenang teduh harus berhenti?

Seberapa banyak, keberterimaan yang harus dimiliki perempuan itu? Kembali perempuan itu pada hujan, hujan air mata. Ya, malam ini ia telah kembali pada hujan. Lalu, perempuan itu pergi bersama penyesalan dan sedu sedan.

Ia tidak suka kegelapan tapi malam ini, pada kepala malam perempuan itu, ia ingin bersimpuh di dalam hamparan mimpi. Lupa pada duka luka. Ia seperti berada dalam gantang. Bak pohon Anggur yang tidak riap tumbuhnya. Perempuan itu telah kalah pada patah hati.

Kenapa layu?  Karena perempuan itu membiarkan degil hati berada dekat dengannya. Membiarkan perjamuan sunyi menjadi teman. Perempuan itu tidak sanggup mengakhiri patah hati yang merayu.

Februari, bulan yang penuh cinta. Kenapa harus memuara pada riwayat luka?  Perempuan oh perempuan, kenapa layu diri dan hatimu? Berdiri di ujung lara. Ketika asa diadukan dengan realita yang menganga. Akhirnya. Kenapa layu? Karena, perempuan itu telah beku, dingin dan berantakan.

***
Rantauprapat, 09 Februari 2021
Lusy Mariana Pasaribu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun