Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tentang Hari Ini dan Saat Itu

29 Januari 2021   00:00 Diperbarui: 29 Januari 2021   00:00 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via twitter/@kulturtava


Entah kenapa, kau tak pernah jera membuat gaduh. Kau berulangkali gagal untuk usai dari kata yang menyesatkan. Sulit bagimu untuk berjaga-jaga dari rayu yang menggoda.

Kau perempuan dalam gantang yang sungguh menyulitkan. Hu, aku ingin marah. Biarlah hari ini mungkin juga besok, barangkali juga lusa aku menepi darimu.

Tentang hari ini dan saat itu. Adalah ingatan yang buruk menurutku. Saat itu, ketika kejujuran ditinggal pergi dari hatimu. Hari ini adalah hari yang penuh kemalangan bagiku. Mengapa kau biarkan mata hatimu buta?

Kau dihantam kerasnya kedegilan hati. Mengheningkan cipta dari kebenaran lagi pengertian. Lagi-lagi kau memberikan duri yang tajam. Bukan malah memelihara gandum tapi mengawetkan lalang di hidupmu. Seakan gandum yang kau miliki tidak lagi begitu penting. Menjadi asing seasing-asingnya.

Tentang hari ini dan saat itu. Hari ini adalah sejarah yang dahulu kembali terulang lagi dan saat itu, saat di mana  kau tidak berlawanan dengan dosa yang merayu. Dan ya, aku hanya perempuan biasa, yang ketika berulang kali kau sakiti pada hal yang itu lagi itu lagi, kemarahan tak bisa lesap dari hatiku dengan mudah.

Mungkin kau memang seperti itu, perempuan yang mudah jatuh pada kesia-siaan. Tahukah kau wahai perempuan? Perlakuanmu memberi banyak ratapan air mata. Tapi ah, ku mengeluh pun tak ada gunanya. Ikatan di antara kita begitu erat. Namun, mau sampai kapan aku kehilangan demi kebahagiaanmu!

Dan kini, aku tetap berharap kedegilan hatimu akan kering gugur. Mungkin sebenarnya, kau pun merasa luka dan duka, tapi pohon angkuh yang bersemayam dalam jiwamu buatmu mengalami disabilitas nurani.

Tentang hari ini dan saat itu, aku masih berharap kau tak selalu dibungkam waktu kebodohan. Di antara kepadatan manusia, mungkin tak lama lagi, saatnya kau menikah, ada masa depan bahagia untukmu. Dan air mata tak mengisi ruang dalam duniamu.

***
Rantauprapat, 28 Januari 2021
Lusy Mariana Pasaribu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun