Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sebuah Malam dan Kejujuran dalam Percakapan yang Berenergi

20 Januari 2021   00:00 Diperbarui: 19 Januari 2021   23:59 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via twitter/@kulturtava


Di dalam hatimu, yang tak boleh tersentuh lagi olehku, ternyata masih ada cinta untukku. Kejujuran yang buatku salah tingkah. Dasar payah. Bagai kilatan petir, perasaan ini antarkan rindu pada dirimu. Kenangan masa lalu tak lagi bisa kusembunyikan.

Aku tak pernah mengharap dan menduga, setelah enam tahun menyudahi kisah kita, kejujuran yang seperti itu akan terdengar lagi. Dan di sini, kejujuranmu seperti air gula untuk hatiku. Aku kembali mempersilahkan diriku jatuh pada ingatan tentangmu. Ini sebuah jalan yang tak ada ujung sebenarnya, aku tahu itu. Tapi malam ini aku telah gagal.

Kamu kekasihku, namun itu dulu. Sudah lama berlalu. Ah, hati-hati hati. Aku gagal, percakapan yang tak disengaja malam ini, menjadi percakapan yang berenergi bagiku. Seperti kecupan manis yang pernah kumiliki darimu. Ada pula air mata yang tumpah, mataku basah. Kini, aku menyesal atas keputusanku perihal perpisahan kita. Ahhh, penyesalan yang tidak bisa kusesali lagi.

Ini malam, masih sama. Sendiri, karena pada akhirnya percakapan kita terhenti. Dan dini hari akan datang, pagi akan kembali. Kamu yang tak akan pernah kembali, karena kamu telah lama pergi. Aku menyadari, bahwa kita tidak akan pernah bisa bersama. Entah di suatu masa kapan pun. Karena mencintai cinta orang lain itu tidak akan baik.

Kejujuran dalam percakapan yang berenergi malam ini, mau tak mau aku dejavu. Mengenai hal ini, ada rasa senang di hati. Tapi aku tak ingin berimajinasi terlalu dalam. Aku takut terjebak pada hasrat yang bukan milikku lagi. Dengan ejaan kata yang pasti, aku harus menghidupi bahagia dan percaya bahwa kesendirian tidak selalu membawa kemalangan.

Tapi malam ini, setidaknya aku bahagia. Dan di kamar kecil yang sepi ini, aku perempuan dewasa yang masih payah ini memilih berpuisi. Sekarang, malam ini aku menikmati rindu tapi rindu ini tidak akan kubiarkan memeluk erat-erat hati dan jiwaku. Aku hanya rindu tapi tak ingin kembali. Begitu saja.

***
Rantauprapat, 19 Januari 2021
Lusy Mariana Pasaribu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun